Morula IVF

Teratogenik Adalah: Definisi, Penyebab, dan Dampaknya pada Kesehatan 

September 18, 2024

Teratogenik Adalah: Definisi, Penyebab, dan Dampaknya pada Kesehatan 

Teratogenik adalah istilah yang merujuk pada kemampuan suatu zat atau agen untuk menyebabkan cacat lahir pada janin yang sedang berkembang. Agen-agen ini, yang disebut teratogen, dapat menyebabkan gangguan serius dalam perkembangan embrio atau janin, yang dapat berdampak pada fungsi organ, sistem saraf, atau bahkan menyebabkan kematian janin. Namun, apa itu sebenarnya  teratogenik serta bagaimana zat teratogen bekerja? Dan seperti apa contoh-contoh teratogen, serta cara mencegah paparan terhadap agen-agen ini? 

Apa Itu Teratogenik? 

Teratogenik berasal dari kata Yunani “terato,” yang berarti monster atau malformasi, dan “genic,” yang berarti menghasilkan. Secara harfiah, teratogenik merujuk pada kemampuan suatu zat atau agen untuk menghasilkan kelainan fisik atau cacat lahir selama perkembangan janin. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan efek yang ditimbulkan oleh zat-zat yang dikenal sebagai teratogen, yang mampu mengganggu proses normal pembentukan organ-organ tubuh janin. Zat-zat ini bisa datang dari berbagai sumber, mulai dari obat-obatan hingga bahan kimia, yang dapat menyebabkan malformasi fisik, gangguan fungsi organ, hingga gangguan neurologis pada bayi yang terpapar. 

Beberapa Agen Teratogenik atau Contoh Teratogen yang Umum 

1. Obat-obatan

Beberapa obat-obatan memiliki efek teratogenik yang dapat berdampak serius pada perkembangan janin. Salah satu contohnya adalah thalidomide, obat yang pernah digunakan untuk mengobati mual pada ibu hamil di tahun 1950-an. Penggunaan thalidomide menyebabkan ribuan bayi lahir dengan cacat anggota tubuh. Obat lain yang juga sangat teratogenik adalah isotretinoin, yang digunakan untuk mengobati jerawat parah. Obat ini dapat menyebabkan cacat lahir serius, termasuk kelainan pada otak, jantung, dan wajah bayi. 

Vitamin untuk ibu hamil
Sumber gambar: Freepik

2. Penyakit Infeksi

Infeksi virus tertentu selama kehamilan dapat memicu efek teratogenik. Rubella, misalnya, jika menyerang ibu hamil, dapat menyebabkan Congenital Rubella Syndrome (CRS) yang mengakibatkan kelainan jantung, gangguan pendengaran, dan kerusakan pada mata. Infeksi cacar air (varicella) selama kehamilan juga dapat menyebabkan sindrom varicella kongenital, yang mencakup cacat anggota tubuh, jaringan parut pada kulit, serta kelainan neurologis. 

3. Paparan Radiasi

Radiasi, terutama pada dosis tinggi seperti yang dialami pada prosedur medis tertentu atau insiden kecelakaan nuklir, dikenal sebagai agen teratogenik yang kuat. Paparan radiasi pada trimester pertama dapat menyebabkan kerusakan serius pada sistem saraf janin, mengganggu perkembangan otak, dan meningkatkan risiko cacat fisik, mental, bahkan kematian janin. 

Teratogenik - Kimia Berbahaya
Sumber gambar: Freepik

4. Bahan Kimia

Paparan bahan kimia tertentu, seperti alkohol, juga merupakan penyebab utama kelainan pada perkembangan janin. Konsumsi alkohol selama kehamilan dapat menyebabkan Fetal Alcohol Syndrome (FAS), yang berujung pada kelainan wajah, gangguan perkembangan otak, dan masalah perilaku. Merkuri, yang biasa ditemukan pada polusi industri atau konsumsi ikan laut yang terkontaminasi, juga dapat menyebabkan gangguan neurologis yang signifikan pada janin. 

5. Obat Anti-Kejang (Antikonvulsan)

Obat anti-kejang seperti valproat sering digunakan untuk mengobati epilepsi, tetapi diketahui memiliki potensi teratogenik. Studi menunjukkan bahwa penggunaan valproat selama kehamilan dapat menyebabkan cacat tabung saraf pada janin, seperti spina bifida, serta gangguan perkembangan kognitif dan perilaku pada anak-anak yang terpapar di dalam rahim. 

Teratogenik - Rokok
Sumber gambar: Freepik

6. Rokok

Asap rokok mengandung berbagai zat kimia berbahaya yang dapat memengaruhi perkembangan janin. Nikotin dan karbon monoksida, dua komponen utama dalam asap rokok, dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan janin, berat badan lahir rendah, serta meningkatkan risiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS). Selain itu, paparan jangka panjang juga dapat menyebabkan gangguan perkembangan paru-paru pada bayi. 

7. Heroin dan Kokain

Narkotika seperti heroin dan kokain memiliki dampak teratogenik yang sangat berbahaya. Penggunaan obat-obatan terlarang ini selama kehamilan dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan janin, berat badan lahir rendah, kelainan pada otak, serta masalah perilaku yang signifikan setelah kelahiran. 

Baca juga: Mengenal Abortus Inkomplit, Keguguran dengan Janin Tersisa Dalam Rahim

Bagaimana Teratogen Bekerja? 

Teratogen bekerja dengan cara mengganggu proses normal perkembangan embrio atau janin, terutama pada fase-fase kritis dalam kehamilan. Ketika janin masih dalam tahap perkembangan yang sangat awal, sel-sel tubuhnya membelah dan mengkhususkan diri untuk membentuk berbagai organ dan sistem tubuh. Paparan teratogen pada saat yang tidak tepat dapat menyebabkan malformasi atau cacat lahir yang parah, bahkan mengancam nyawa janin. 

Berikut adalah beberapa faktor kunci yang menentukan bagaimana teratogen bekerja dan mempengaruhi perkembangan janin: 

1. Dosis atau Jumlah Zat Teratogen

Tingkat keparahan dampak teratogen tergantung pada dosis atau jumlah paparan yang dialami oleh ibu hamil. Paparan dalam jumlah kecil mungkin tidak menimbulkan efek yang signifikan, tetapi ketika dosis meningkat, risiko gangguan perkembangan janin juga akan meningkat. Misalnya, konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit mungkin tidak menimbulkan masalah besar, tetapi paparan terus-menerus atau dalam jumlah besar dapat menyebabkan Fetal Alcohol Syndrome (FAS) yang serius. Begitu juga dengan obat-obatan teratogenik seperti thalidomide atau isotretinoin, di mana paparan dalam dosis kecil saja bisa menyebabkan cacat lahir yang berat. 

2. Waktu Paparan

Waktu paparan teratogen sangat penting dalam menentukan tingkat kerusakan yang terjadi. Trimester pertama kehamilan dianggap sebagai fase yang paling kritis karena organ-organ utama janin sedang dalam tahap pembentukan. Paparan teratogen selama fase ini dapat menyebabkan malformasi fisik yang serius, seperti cacat pada jantung, otak, atau tulang belakang. Di sisi lain, paparan pada trimester kedua atau ketiga mungkin lebih memengaruhi fungsi organ yang sudah terbentuk atau mengganggu pertumbuhan janin, misalnya menyebabkan keterlambatan perkembangan mental atau berat badan lahir rendah. 

3. Faktor Genetik

Faktor genetik baik dari ibu maupun janin juga memainkan peran penting dalam menentukan seberapa rentan mereka terhadap dampak teratogen. Misalnya, beberapa individu mungkin memiliki gen yang membuat mereka lebih sensitif terhadap paparan zat kimia atau obat-obatan tertentu, sementara yang lain mungkin lebih tahan terhadap efek yang sama. Contohnya, tidak semua wanita yang terpapar rubella selama kehamilan akan melahirkan bayi dengan kelainan, karena adanya perbedaan respons imun dan kerentanan genetik di antara individu. Hal yang sama berlaku untuk zat kimia seperti alkohol atau obat-obatan antikonvulsan. 

4. Jalur Paparan dan Durasi

Jalur paparan teratogen juga dapat memengaruhi efeknya pada janin. Teratogen dapat masuk ke tubuh ibu melalui berbagai cara, termasuk konsumsi oral (seperti obat atau alkohol), inhalasi (asap rokok), atau kontak langsung melalui kulit. Selain itu, durasi paparan juga penting. Paparan teratogen yang berkepanjangan atau berulang akan meningkatkan risiko dampak buruk pada janin, dibandingkan dengan paparan jangka pendek. 

5. Interaksi dengan Zat Lain

Efek teratogen juga dapat diperparah oleh adanya paparan zat lain yang terjadi bersamaan. Misalnya, wanita hamil yang mengonsumsi alkohol bersamaan dengan merokok atau menggunakan narkotika mungkin akan meningkatkan risiko cacat lahir yang lebih serius. Kombinasi dari berbagai teratogen ini dapat menghasilkan dampak yang lebih buruk daripada efek individu dari masing-masing zat. 

Baca juga: Bagaimana Fase Perkembangan Embrio (Embriogenesis)?

Dampak Teratogenik pada Janin 

Dampak dari paparan teratogenik bisa sangat beragam, bergantung pada zat yang terlibat, waktu paparan, dan dosisnya. Berikut beberapa dampak yang dapat terjadi: 

  • Kelainan Jantung Bawaan 
  • Gangguan Sistem Saraf Pusat 
  • Malformasi Wajah 
  • Retardasi Mental 
  • Gangguan Fungsi Organ Vital 

Menurut penelitian yang dipublikasikan di ScienceDirect, waktu paparan adalah salah satu faktor kunci dalam tingkat keparahan dampak. Jika paparan terjadi pada awal trimester pertama, efeknya bisa lebih merusak karena fase ini adalah waktu kritis untuk pembentukan organ. 

Tes Kesuburan Wanita
Sumber gambar: Freepik

Bagaimana Mencegah Paparan Teratogenik? 

Mencegah paparan teratogen sangat penting untuk memastikan perkembangan janin yang sehat. Berikut langkah-langkah yang bisa diambil:

1. Hindari Alkohol dan Narkoba

Alkohol dan obat-obatan terlarang dapat menyebabkan cacat lahir dan keterlambatan perkembangan, seperti Fetal Alcohol Syndrome. 

2. Konsultasi Obat dengan Dokter

Beberapa obat, seperti isotretinoin, berisiko bagi janin. Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi obat apa pun.

3. Vaksinasi

Vaksin seperti rubella dan cacar air sebelum kehamilan dapat mencegah infeksi yang dapat menyebabkan cacat lahir. 

4. Hindari Bahan Kimia Berbahaya

Bahan kimia seperti merkuri dan pestisida berisiko bagi janin. Gunakan alat pelindung diri jika bekerja di lingkungan berbahaya. 

5. Jauhi Rokok dan Asap Rokok

Merokok dan paparan asap meningkatkan risiko komplikasi seperti berat lahir rendah dan Sudden Infant Death Syndrome. 

6. Pantau Makanan dan Minuman

Hindari makanan yang mengandung merkuri tinggi atau yang tidak dipasteurisasi untuk mencegah risiko bagi janin. 

Dengan langkah-langkah ini, risiko paparan teratogen dapat diminimalkan, membantu memastikan kehamilan yang sehat. 

Baca juga: 8 Pantangan Hamil Muda yang Perlu Anda Ketahui!

Teratogenik adalah kondisi yang diakibatkan oleh paparan zat atau agen tertentu yang mengganggu perkembangan janin dan menyebabkan cacat lahir. Untuk melindungi kesehatan janin, penting untuk mengenali agen-agen teratogenik dan meminimalkan paparan terhadapnya selama kehamilan. Dengan memahami risiko dan mengambil langkah pencegahan yang tepat, dampak negatif dari teratogenik pada janin dapat dikurangi secara signifikan. 

Apabila Anda membutuhkan informasi mendalam mengenai kesehatan reproduksi, program kehamilan, atau masalah infertilitas, Morula IVF Indonesia adalah pilihan yang tepat. Klinik fertilitas Morula IVF  menyediakan layanan konsultasi yang lengkap dan berpengalaman. Dengan pengalaman lebih dari 26 tahun, tim ahli kandungan di Morula IVF berkomitmen untuk membantu pasangan mencapai impian mereka memiliki anak yang sehat. Untuk detail lebih lanjut, kunjungi situs web Morula IVF atau hubungi kami secara langsung untuk pertanyaan dan konsultasi. 

Referensi: 

Tetap terhubung dan terinformasi di sini.

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut hubungi 150-IVF atau 150-483, Senin – Sabtu pukul 07.00 – 20.00 WIB

Buat Janji

Newsletter

Dapatkan informasi dan tips terbaru dari Morula IVF mengenai program kehamilan dan bayi tabung