Teknologi Berbantu ICSI dan IMSI
Program bayi tabung menjadi pilihan pasangan suami istri yang sulit memperoleh buah hati. Namun sampai saat ini, tingkat keberhasilan bayi tabung masih rendah dan sering mengalami kegagalan. Program bayi tabung adalah salah satu teknik rekayasa reproduksi yang disebut juga in vitro fertilization (IVF). Proses bayi tabung ini mempertemukan sperma suami dengan ovum atau sel telur istri di luar hingga tercapai pembuahan.Metode ini merupakan bagian dari program bayi tabung. Upaya ini tidak selalu berhasil. Karena itu, para ahli terus melakukan penelitian untuk memperkecil kegagalan.
Setahun terakhir, teknik baru dalam pemilihan sperma diterapkan di klinik-klinik kesuburan di Indonesia. Teknik tersebut, yaitu Intracytoplasmic morphologically selected sperm injection (IMSI), adalah teknik memilih sperma untuk mendapatkan sperma berkualitas.
- Makanan untuk Promil: Meningkatkan Kesuburan dengan Nutrisi Tepat
- Proses Bayi Tabung dan Bayi Tabung Pertama di Indonesia, Ini Dia Orangnya!
- Program Hamil untuk Pasangan yang Ingin Memiliki Anak
- Inilah Waktu yang Tepat Untuk Program Hamil ke Dokter
- Inseminasi Buatan: Pengertian, Tujuan, dan Prosedurnya
”Dulu orang menganggap hanya sel telur yang menentukan kualitas embrio. Tapi kemudian disadari faktor sperma juga menentukan kualitas embrio. Karena itu, sperma juga diseleksi. Ternyata angka kehamilan menjadi lebih bagus, terutama untuk kasus-kasus yang gagal berulang,”
Teknik IMSI dikembangkan tim yang diketuai Profesor Benyamin Bartoov dari Male Fertility Laboratory, Bar-Ilan University, Israel, tahun 2002. Bersama tim, Bartoov melakukan penelitian menggunakan mikroskop canggih untuk menyeleksi bentuk dan karakteristik sperma.
Kualitas sperma diduga menjadi salah satu sebab kegagalan prosedur intra-cytoplasmic sperm injection (ICSI). Mereka menduga, capaian angka kehamilan yang rendah melalui prosedur ICSI, berkorelasi dengan ketidaknormalan bentuk sperma yang selama ini tidak terdeteksi melalu prosedur ICSI.
ICSI adalah teknik yang banyak digunakan pada metode bayi tabung, selain teknik konvensional. Pada IVF konvensional, satu sel telur dipertemukan dengan 50.000-100.000 sperma di cawan petri agar satu sperma yang baik masuk ke dalam sel telur sehingga terjadi pembuahan.
Pada teknik IVF-ICSI, satu sperma disuntikkan ke dalam satu sel telur agar terjadi pembuahan. Teknik ini dilakukan bila ada masalah pada sperma, misalnya sperma tidak mampu masuk ke sel telur dengan tenaganya sendiri. “Caranya, sperma dipatahkan dulu lehernya kemudian disuntikkan ke dalam sel telur,”.
Pembesaran 6.000 kali
dari IMSI ini, merupakan pengembangan ICSI untuk menyeleksi sperma dengan lebih spesifik menggunakan mikroskop berkemampuan tinggi. Teknik ini memungkinkan ahli embriologi melihat sperma lebih detail, yakni lewat pembesaran 6.000 kali. Dengan demikian, dapat dianalisis parameter kesuburan dan morfologi sperma. Dalam ICSI, sperma diseleksi melalui pembesaran 400 kali.
Tahun 2003, tim Bartoov menerbitkan penelitian di mana prosedur seleksi sperma dengan teknik IMSI terbukti meningkatkan angka kehamilan bagi pasangan dengan kegagalan yang berulang. Penelitian ini melibatkan masing-masing 50 pasangan dalam grup IMSI dan ICSI untuk diperbandingkan.
Hasilnya, jumlah pasangan yang menggunakan IMSI mengalami kehamilan sangat signifikan (66 persen), dibandingkan dengan pasangan yang hanya menggunakan teknik ICSI (33 persen).
”Dalam ICSI dipilih sperma yang dianggap bagus. Namun, kenyataannya, sperma yang dipilih ternyata memiliki kelemahan yang tidak terlihat. Dengan IMSI yang pembesarannya jauh lebih tinggi, kelemahan itu bisa terlihat,”.
Sperma yang buruk akan memengaruhi kualitas embrio. Kualitas embrio yang buruk meningkatkan kegagalan kehamilan.
Tahun 2006, penelitian lanjutan melibatkan 80 pasangan pada tiap kelompok. Pada kelompok yang menggunakan teknik IMSI, angka kehamilan mencapai 60 persen. Pada pasangan yang menggunakan ICSI kehamilan hanya 25 persen.
Angka keguguran juga turun signifikan. Pasangan yang menggunakan IMSI angka kegugurannya hanya 14 persen, sedangkan keguguran pada pasangan dengan teknik ICSI mencapai 40 persen. Penelitian yang dilakukan di Italia tahun 2008 juga menunjukkan hasil serupa.
Eppendorf, sebuah perusahaan penyuplai produk-produk untuk IMSI, menyebutkan, 500 bayi telah lahir di Israel dengan prosedur IMSI. Di Eropa jumlahnya lebih dari 200 bayi.
Di Indonesia, teknik ini masih baru dan baru diterapkan di beberapa klinik kesuburan. Termasuk Morula Ivf yang berada di jl.teuku cik dirito No.12 Menteng, Jakpus.Teknik ini dapat menjadi harapan baru bagi pasangan yang ingin menimang buah hati.