Artikel ini telah direview secara medis oleh
dr. Wisnu Setyawan, SpOG, Subsp. FER (K)
Setiap wanita pasti pernah menunggu-nunggu kedatangan siklus menstruasinya. Namun, bagaimana jika menstruasi tak kunjung datang? Bagi sebagian wanita, kondisi ini bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang mendasar. Amenore adalah istilah medis untuk tidak adanya menstruasi pada wanita usia reproduksi, dan kondisi ini bisa menjadi petunjuk penting terhadap keseimbangan hormon tubuh atau bahkan kesehatan organ reproduksi. Dari faktor gaya hidup hingga masalah medis yang lebih kompleks, mari kita bahas lebih jauh tentang apa itu amenore, penyebabnya, serta bagaimana cara mengatasinya agar kesehatan Anda tetap terjaga.
Apa Itu Amenore?
Secara sederhana, amenore adalah kondisi ketika seorang wanita tidak mengalami menstruasi dalam jangka waktu tertentu. Dalam konteks medis, seorang wanita dikatakan mengalami amenore jika tidak mendapatkan menstruasi hingga usia 16 tahun (amenore primer) atau jika siklus menstruasi normalnya berhenti selama lebih dari tiga bulan pada wanita yang sebelumnya sudah haid secara teratur (amenore sekunder).
Jenis-Jenis Amenore
1. Amenore Primer
Amenore primer terjadi ketika seorang wanita tidak mengalami menstruasi pertama kali (menarche) hingga usia 15-16 tahun. Ini bisa disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah dengan organ reproduksi. Beberapa penyebab amenore primer antara lain:
- Kelainan genetik seperti sindrom Turner
- Masalah pada organ reproduksi, seperti tidak terbentuknya rahim atau vagina secara sempurna
- Gangguan hormonal, termasuk gangguan pada kelenjar hipofisis atau tiroid
2. Amenore Sekunder
Amenore sekunder terjadi ketika seorang wanita yang sudah pernah mengalami menstruasi teratur kemudian berhenti menstruasi selama tiga bulan atau lebih. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan amenore sekunder termasuk:
- Kehamilan: Ini adalah penyebab paling umum dari amenore sekunder. Ketika seorang wanita hamil, menstruasi secara alami akan berhenti.
- Stres dan perubahan berat badan: Stres ekstrem, gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia, serta penurunan atau kenaikan berat badan yang drastis bisa mempengaruhi keseimbangan hormon dan menyebabkan amenore sekunder.
- Penggunaan alat kontrasepsi: Beberapa jenis alat kontrasepsi, seperti pil KB, suntikan, atau IUD hormonal, dapat menyebabkan perubahan siklus menstruasi.
- Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS): Kondisi ini menyebabkan gangguan hormon yang bisa mengganggu siklus menstruasi.
- Olahraga berlebihan: Atlet wanita atau mereka yang melakukan olahraga berat sering mengalami amenore karena rendahnya kadar lemak tubuh dan stres fisik yang ekstrem.
Baca juga: Metrorrhagia: Memahami Fenomena Pendarahan Abnormal
Penyebab Lain dari Amenore
Selain penyebab yang umum seperti kehamilan, stres, atau gangguan pola makan, ada beberapa faktor medis yang lebih spesifik yang dapat menyebabkan amenore, baik primer maupun sekunder. Kondisi ini umumnya melibatkan gangguan hormonal atau penggunaan obat-obatan tertentu yang mempengaruhi sistem endokrin dan reproduksi. Berikut adalah beberapa faktor medis lainnya yang dapat menyebabkan amenore:
1. Gangguan Tiroid (Hipotiroidisme)
Tiroid adalah kelenjar kecil yang terletak di leher dan berperan penting dalam mengatur metabolisme tubuh. Hipotiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi cukup hormon tiroid. Rendahnya kadar hormon ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan siklus menstruasi seperti amenore. Kadar hormon tiroid yang rendah bisa mempengaruhi produksi hormon reproduksi, seperti estrogen dan progesteron, yang diperlukan untuk siklus menstruasi yang normal. Gejala lain yang terkait dengan hipotiroidisme termasuk kelelahan, kenaikan berat badan, dan kulit kering.
2. Hiperprolaktinemia
Hiperprolaktinemia adalah kondisi di mana tubuh memproduksi terlalu banyak hormon prolaktin, hormon yang biasanya meningkat selama kehamilan untuk merangsang produksi ASI. Pada kondisi normal, kadar prolaktin yang tinggi hanya terjadi pada ibu menyusui, yang menyebabkan terhentinya sementara siklus menstruasi. Namun, ketika kadar prolaktin tinggi terjadi di luar masa kehamilan atau menyusui, hal ini dapat mengganggu siklus menstruasi dan menyebabkan amenore. Penyebab umum dari hiperprolaktinemia termasuk tumor pada kelenjar hipofisis (prolaktinoma) atau penggunaan obat-obatan tertentu.
3. Penggunaan Obat-Obatan Tertentu
Beberapa obat yang mempengaruhi hormon atau sistem saraf pusat dapat menyebabkan amenore sebagai efek samping. Misalnya:
- Antipsikotik: Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan mental seperti skizofrenia atau bipolar dapat memengaruhi kadar prolaktin dalam tubuh, yang berujung pada penghentian siklus menstruasi.
- Obat Penurun Tekanan Darah (Antihipertensi): Beberapa jenis obat antihipertensi, khususnya yang bekerja pada sistem saraf pusat, dapat mengganggu keseimbangan hormon dan menyebabkan amenore.
- Kemoterapi atau Terapi Radiasi: Wanita yang menjalani pengobatan kanker dengan kemoterapi atau terapi radiasi dapat mengalami amenore sementara atau bahkan permanen, tergantung pada seberapa besar pengaruh pengobatan terhadap fungsi ovarium.
4. Gangguan Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis adalah pusat pengatur hormon di otak yang mengontrol banyak fungsi tubuh, termasuk siklus menstruasi. Gangguan pada kelenjar ini, seperti tumor atau cedera kepala, dapat menyebabkan gangguan pada produksi hormon penting seperti FSH (follicle-stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone), yang berperan penting dalam proses ovulasi dan menstruasi. Akibatnya, ketidakseimbangan hormon ini bisa menyebabkan amenore.
5. Sindrom Cushing
Sindrom Cushing adalah kondisi langka di mana tubuh memproduksi terlalu banyak hormon kortisol. Kelebihan kortisol bisa menyebabkan berbagai efek samping, termasuk amenore. Kortisol yang tinggi dapat mengganggu fungsi hormon reproduksi dan menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur atau bahkan berhenti sama sekali.
6. Kegagalan Ovarium Prematur (POI)
Kegagalan ovarium prematur terjadi ketika ovarium berhenti berfungsi sebelum usia 40 tahun, menyebabkan wanita tidak lagi berovulasi secara teratur dan mengalami penurunan drastis dalam produksi hormon estrogen. Kondisi ini dapat menyebabkan amenore primer atau sekunder, dan dalam beberapa kasus, dapat meningkatkan risiko osteoporosis akibat rendahnya kadar estrogen dalam tubuh. Penyebab POI bisa bersifat genetik, autoimun, atau bahkan akibat pengobatan tertentu seperti kemoterapi.
Masing-masing penyebab ini memerlukan diagnosis yang tepat untuk memastikan penyebab yang mendasari amenore, dan penanganan yang sesuai tergantung pada faktor pemicunya. Jika mengalami tanda-tanda amenore yang berkepanjangan, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter agar kondisi ini dapat diatasi sebelum mempengaruhi kesehatan jangka panjang, termasuk kesehatan reproduksi dan keseimbangan hormon.
Diagnosis Amenore
Mendiagnosis amenore biasanya dimulai dengan pemeriksaan fisik dan riwayat medis lengkap. Dokter mungkin akan menanyakan tentang riwayat menstruasi, tingkat aktivitas fisik, pola makan, dan penggunaan obat-obatan. Setelah itu, beberapa tes mungkin diperlukan untuk mengevaluasi penyebab amenore, seperti:
- Tes kehamilan untuk menyingkirkan kehamilan sebagai penyebab.
- Tes darah untuk memeriksa kadar hormon, termasuk tiroid dan prolaktin.
- USG atau MRI untuk melihat struktur organ reproduksi.
Baca juga: Perbedaan Miom dan Kista: Apa yang Perlu Anda Ketahui?
Pengobatan Amenore
Pengobatan amenore sangat bergantung pada apa yang menjadi penyebab utamanya. Mengingat amenore bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari ketidakseimbangan hormon hingga kondisi medis yang lebih serius, pendekatan pengobatannya dapat bervariasi. Berikut adalah beberapa pendekatan pengobatan yang umum dilakukan berdasarkan penyebab amenore:
1. Terapi Hormon untuk Ketidakseimbangan Hormon
Jika amenore disebabkan oleh gangguan hormon seperti rendahnya kadar estrogen, progesteron, atau hormon tiroid, dokter biasanya akan merekomendasikan terapi penggantian hormon (HRT) atau obat-obatan yang dapat membantu mengatur hormon. Misalnya, pada kasus di mana kadar estrogen terlalu rendah, terapi hormon dengan pil kombinasi yang mengandung estrogen dan progesteron sering kali diresepkan untuk merangsang siklus menstruasi dan menjaga kesehatan tulang. Begitu pula, untuk kondisi hipotiroidisme yang menyebabkan amenore, pengobatan dengan hormon tiroid sintetis dapat membantu mengembalikan keseimbangan hormon dan memulihkan siklus menstruasi.
2. Perubahan Gaya Hidup untuk Stres dan Berat Badan
Amenore sering kali muncul sebagai respons tubuh terhadap stres ekstrem atau perubahan drastis dalam berat badan, baik penurunan maupun peningkatan. Jika dokter menemukan bahwa penyebab amenore adalah stres berlebihan, berat badan terlalu rendah, atau olahraga yang terlalu intens, pengobatan akan berfokus pada perubahan gaya hidup. Beberapa anjuran umum termasuk:
- Mengurangi stres: Teknik relaksasi seperti yoga, meditasi, atau konseling psikologis dapat membantu mengurangi stres emosional atau mental yang mengganggu siklus menstruasi.
- Menambah berat badan: Jika amenore disebabkan oleh berat badan yang terlalu rendah atau pola makan yang ekstrem, dokter mungkin menyarankan untuk menambah asupan kalori secara bertahap, dengan fokus pada diet yang sehat dan seimbang.
- Mengurangi intensitas olahraga: Bagi atlet atau mereka yang melakukan olahraga berat, pengurangan intensitas atau durasi latihan dapat membantu tubuh mengembalikan keseimbangan hormonal.
3. Pengobatan untuk Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)
Amenore sekunder sering terjadi pada wanita dengan PCOS (sindrom ovarium polikistik), yang ditandai dengan ketidakseimbangan hormon, resistensi insulin, dan seringkali menstruasi yang tidak teratur atau tidak ada sama sekali. Pengobatan PCOS bertujuan untuk mengelola gejala dan mengembalikan siklus menstruasi. Pendekatan pengobatan untuk PCOS meliputi:
- Perubahan gaya hidup: Menurunkan berat badan melalui diet seimbang dan olahraga teratur dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin, yang pada gilirannya dapat membantu mengatur siklus menstruasi.
- Obat penurun kadar insulin: Metformin, obat yang biasanya digunakan untuk diabetes, sering kali diresepkan untuk wanita dengan PCOS guna menurunkan kadar insulin dan mengembalikan ovulasi yang normal.
- Terapi hormon: Pil KB atau obat hormonal lainnya mungkin digunakan untuk membantu mengatur siklus menstruasi dan mengurangi gejala lain seperti jerawat atau pertumbuhan rambut berlebih.
4. Operasi untuk Kelainan Struktural
Pada kasus yang lebih jarang, amenore primer atau sekunder bisa disebabkan oleh kelainan struktural pada organ reproduksi, seperti septum vagina (sekat abnormal di vagina) atau sindrom Asherman (adhesi intrauterin yang menyebabkan jaringan parut di rahim). Dalam situasi seperti ini, pengobatan mungkin memerlukan prosedur bedah untuk memperbaiki struktur organ reproduksi yang abnormal. Misalnya, untuk memperbaiki septum vagina atau menghilangkan jaringan parut di dalam rahim, operasi rekonstruktif dilakukan untuk memulihkan fungsi organ dan mengembalikan menstruasi.
5. Pengobatan untuk Tumor atau Gangguan Hipofisis
Jika amenore disebabkan oleh tumor di kelenjar hipofisis, seperti prolaktinoma (tumor penghasil prolaktin), dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan untuk mengecilkan tumor atau menurunkan kadar prolaktin yang tinggi. Pada kasus yang lebih parah, pembedahan mungkin diperlukan untuk mengangkat tumor jika obat tidak efektif.
6. Penanganan Amenore terkait Menopause Dini (Kegagalan Ovarium Prematur)
Kegagalan ovarium prematur (POI), yang menyebabkan amenore pada wanita di bawah usia 40 tahun, memerlukan pengobatan jangka panjang. Terapi hormon biasanya direkomendasikan untuk menjaga kadar estrogen yang cukup, mencegah osteoporosis, dan membantu mengurangi gejala menopause dini seperti hot flashes atau kekeringan vagina. Meskipun ovarium mungkin tidak kembali berfungsi penuh, terapi ini membantu mengurangi efek negatif jangka panjang dari penurunan hormon estrogen yang drastis.
Setiap jenis pengobatan harus disesuaikan dengan penyebab spesifik dari amenore. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan rencana perawatan yang efektif. Perubahan gaya hidup, terapi obat, hingga operasi mungkin diperlukan, tergantung pada apa yang menjadi pemicu gangguan menstruasi ini.
Dampak Amenore Jangka Panjang
Tidak hanya mempengaruhi kesehatan reproduksi, amenore juga dapat mempengaruhi kesehatan tulang. Wanita yang tidak mengalami menstruasi dalam jangka waktu lama berisiko lebih tinggi mengalami osteoporosis, terutama jika kondisi ini berkaitan dengan rendahnya kadar estrogen.
Selain itu, amenore juga bisa menjadi tanda dari masalah kesehatan yang lebih serius. Oleh karena itu, jika menstruasi Anda terlambat atau berhenti tanpa alasan yang jelas, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter.
Baca juga: Apa Itu Menoragia? Kenali Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya
Amenore adalah gejala yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kondisi kesehatan yang mendasar hingga perubahan gaya hidup. Mengenali jenis amenore—primer atau sekunder—dan faktor-faktor penyebabnya sangat penting untuk menentukan pengobatan yang tepat. Bagi wanita yang mengalami amenore, pemeriksaan medis menyeluruh diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengatasi penyebab yang mendasarinya.
Dengan informasi yang tepat, langkah-langkah pencegahan dan pengobatan dapat diambil untuk menjaga kesehatan reproduksi dan keseluruhan kesejahteraan wanita.
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan ataupun masalah infertilitas, Anda bisa konsultasikan dengan dokter-dokter kandungan profesional di Morula IVF Indonesia. Klinik fertilitas ini menawarkan konsultasi kandungan profesional dan komprehensif. Dengan pengalaman lebih dari 26 tahun, Morula IVF memiliki tim dokter spesialis kandungan yang berdedikasi untuk membantu pasangan untuk memiliki buah hati yang sehat. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi atau telusuri website resmi Morula IVF untuk menyampaikan pertanyaan maupun konsultasi.
Referensi:
- American Academy of Family Physicians. (2019). Amenorrhea: Evaluation and Treatment. American Family Physician. Diakses pada 30 September 2024.
- American College of Obstetricians and Gynecologists. (2020). Amenorrhea: Absence of Periods. ACOG. Diakses pada 30 September 2024.
- Familydoctor.org. (n.d.). Amenorrhea. Family Doctor. Diakses pada 30 September 2024.
- Yale Medicine. (n.d.). Amenorrhea. Yale Medicine. Diakses pada 30 September 2024.