Bagi ibu yang sedang menyusui mungkin pernah merasakan payudara terasa sakit dan bengkak. Kondisi ini biasanya disebut dengan mastitis payudara. Lalu apa itu mastitis dan bahayakah untuk ibu menyusui?
Nah, untuk tahu lebih jelas mengenai pengertian, penyebab hingga gejala mastitis, yuk simak uraian lengkapnya berikut ini!
Apa itu Mastitis
Mastitis merupakan infeksi yang terjadi pada satu atau lebih saluran payudara. Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita yang sedang menyusui dan bisa menyebabkan rasa sakit parah jika tidak terdeteksi dan terobati secepatnya.
Infeksi payudara yang muncul karena menyusui ini dikenal juga dengan istilah mastitis laktasi. Kondisi ini termasuk satu dari berbagai masalah ibu menyusui dan tantangan seorang ibu pasca melahirkan.
Secara umum mastitis lebih sering terjadi pada ibu menyusui. Akan tetapi wanita yang belum pernah melahirkan dan menyusui bahkan wanita yang memasuki masa menopause juga memiliki kemungkinan bisa mengalaminya juga. Meski begitu Anda harus bisa membedakan perbedaan mastitis dan abses payudara.
Mastitis dapat memengaruhi kondisi wanita yang sedang menyusui. Sebanyak 2-3 persen wanita menyusui terkena mastitis yang dialami dalam waktu 6-12 bulan pertama setelah melahirkan atau selama masa menyusui.
Mastitis sebenarnya bisa diatasi dengan mengurangi faktor risikonya. Akan tetapi lebih baik jika Anda melakukan diskusi terlebih dahulu dengan dokter untuk mendapatkan tindakan yang tepat.
Penyebab Mastitis pada Ibu Menyusui
Penyebab Mastitis yang utama adalah karena adanya infeksi yang menyerang saluran payudara. Namun secara umum ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan munculnya mastitis, antara lain:
1. Infeksi bakteri
Jenis bakteri yang bisa menyebabkan mastitis payudara adalah Bakteri Staphylococcus dan Streptococcus agalactiae. Bakteri jenis ini menyebabkan infeksi pada jaringan payudara melalui luka pada bagian puting maupun saluran air susu. Bakteri ini biasanya berasal dari mulut bayi dan permukaan kulit payudara.
2. Saluran ASI tersumbat
Mastitis juga bisa muncul saat saluran susu di payudara tersumbat yang disebabkan adanya penumpukkan atau pengendapan sisa ASI. Kondisi ini akan mengakibatkan radang kelenjar susu atau infeksi payudara.
Selain penyebab utama di atas, faktor lain yang juga bisa meningkatkan risiko terjadinya mastitis adalah:
- Luka pada puting payudara
- Menyusui hanya dengan satu payudara
- Penggunaan bra yang terlalu ketat
- Kelelahan
- Kebiasaan merokok
- Kekurangan gizi
- Frekuensi menyusui tidak teratur
- Riwayat mastitis pada masa lalu
- Penggunaan implan payudara
- Sistem kekebalan tubuh yang lemah karena menderita penyakit tertentu, seperti diabetes
Gejala Mastitis pada Ibu Menyusui
Mastitis pada payudara biasanya ditandai dengan munculnya beberapa tanda atau gejala. Jika muncul gejala tersebut, Anda harus tahu cara mengobati mastitis pada ibu menyusui agar kondisi tidak semakin parah. Gejala utama mastitis payudara antara lain sebagai berikut:
- Payudara bengkak
- Muncul benjolan pada payudara
- Payudara terasa nyeri dan memerah
- Payudara gatal
- Ada luka pada puting susu atau kulit payudara
- Ada garis-garis merah pada payudara
Ciri-ciri mastitis pada payudara biasanya juga ditandai dengan munculnya gejala pendukung lainnya, antara lain seperti:
- Demam atau peningkatan suhu tubuh mencapai 38 derajat Celcius atau lebih
- Tubuh terasa dingin dan menggigil
- Kelelahan parah
- Stres dan kecemasan
- Rasa kurang nyaman pada tubuh
Perbedaan Mastitis dan Abses Payudara
Perlu Anda ketahui bahwa mastitis berbeda dengan abses payudara. Abses payudara biasanya terjadi saat Anda mengalami mastitis (infeksi payudara) namun tidak segera diobati sehingga membuat kondisinya semakin parah.
Mastitis pada payudara biasanya ditandai munculnya kemerahan, panas, dan perih (meradang). Sedangkan abses payudara merupakan kumpulan nanah yang menyebabkan munculnya benjolan keras, merah, dan lunak.
Jika kondisi mastitis pada area payudara ibu menyusui tetap keras meski sudah dilakukan pengobatan, biasanya area payudara yang bengkak akan memerah sehingga abses akan terjadi. Maka dari itu diperlukan pengobatan mastitis sesegera mungkin untuk membantu mengurangi risiko terkena abses.
Apakah Mastitis Berbahaya?
Dilansir dari Cleveland Clinic, mastitis bisa berubah menjadi berbahaya jika tidak ditangani segera dengan baik. Infeksi yang terjadi pada payudara akan semakin parah sehingga memicu terbentuknya nanah atau abses payudara.
Lalu apakah mastitis harus dioperasi? Jika sudah mengalami kondisi seperti ini, maka perlu dilakukan prosedur drainase untuk mengeluarkan nanah yang terjebak di dalam payudara. Tindakan ini harus dilakukan oleh dokter yang berpengalaman untuk menghindari infeksi yang lebih parah.
Cara Mengobati Mastitis pada Ibu Menyusui
Ibu menyusui yang mengalami mastitis dengan gejala ringan, bisa melakukan pengobatan mandiri terlebih dahulu. Akan tetapi berapa lama mastitis bisa sembuh tergantung dari keparahannya. Beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk meredakan gejala mastitis antara lain yaitu:
- Kompres payudara menggunakan air hangat
- Konsumsi obat pereda nyeri, seperti ibuprofen dan paracetamol, untuk mengurangi rasa nyeri.
- Perbanyak istirahat dan minum cairan.
- Konsumsi makanan sehat yang mengandung nutrisi seimbang.
- Hindari pakaian dan bra yang terlalu ketat.
- Lakukan pijat payudara untuk melancarkan penyumbatan.
Gejala mastitis juga bisa diredakan dengan melakukan teknik menyusui, seperti:
- Mulai menyusui dengan payudara yang mengalami pembengkakan.
- Pastikan posisi mulut bayi benar sehingga bayi bisa menyedot ASI dengan baik.
- Lakukan aktivitas menyusui secara teratur setiap 2 jam sekali dengan posisi yang berbeda-beda.
- Perah payudara menggunakan pompa ASI atau tangan ketika payudara terasa penuh.
Jika gejala mastitis pada ibu menyusui tidak berkurang dengan melakukan pengobatan mandiri, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke dokter. Dokter biasanya akan memberikan antibiotik untuk mastitis agar dikonsumsi selama 10–14 hari.
Ibu yang mengalami mastitis boleh menyusui bayi seperti biasanya. Dengan menyusui, kondisi pembengkakan pada payudara justru akan membaik. Namun sebaiknya tetap lakukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu.