Makrosomia, sebuah istilah medis yang mungkin jarang terdengar, tetapi memiliki dampak yang signifikan bagi banyak ibu dan bayi di seluruh dunia. Bayangkan seorang bayi yang lahir dengan berat lebih dari 4 kilogram—lebih besar dari rata-rata bayi baru lahir. Kondisi ini bukan sekadar statistik, tetapi realitas yang penuh tantangan dan risiko. Apa yang menyebabkan bayi lahir dengan ukuran yang begitu besar? Bagaimana gejala-gejalanya dapat dikenali sejak dini? Dan yang paling penting, bagaimana penanganan yang tepat dapat mengurangi risiko bagi ibu dan bayi?
Kali ini kita akan mengupas tuntas tentang makrosomia, mulai dari penyebab hingga penanganannya. Dengan memahami makrosomia lebih mendalam, kita tidak hanya meningkatkan kewaspadaan, tetapi juga mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan yang ada dengan lebih bijak.
- Gali 5 Manfaat Belimbing untuk Ibu Hamil, Apa Saja?
- Sesak Nafas Saat Hamil? Inilah Penyebab dan Cara Mengatasinya!
- Apa Itu Episiotomi? Istilah Proses Bedah dalam Persalinan yang Perlu Diketahui
- Wajib Tahu! 5 Manfaat Beras Kencur untuk Ibu Hamil
- Manfaat USG di Setiap Trimester Kehamilan yang Sebaiknya Anda Tahu
Apa itu Makrosomia?
Makrosomia adalah kondisi medis di mana seorang bayi memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari normal saat lahir. Kondisi ini ditandai dengan berat lahir bayi yang lebih dari 4.000 gram (4 kg) atau sekitar 8,8 pon. Makrosomia bisa menimbulkan berbagai komplikasi selama persalinan dan dapat berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan bayi.
Baca juga: Ketuban Pecah Dini, Apakah Berbahaya Untuk Janin?
Penyebab Makrosomia
1. Faktor Genetik
Faktor genetik berperan penting dalam menentukan ukuran bayi saat lahir. Jika kedua orang tua memiliki postur tubuh yang besar, kemungkinan bayi mereka juga akan lahir dengan ukuran yang lebih besar.
2. Diabetes pada Ibu Hamil
Salah satu penyebab utama makrosomia adalah diabetes pada ibu hamil, baik diabetes gestasional maupun diabetes tipe 1 dan 2. Kadar gula darah yang tinggi pada ibu dapat menyebabkan bayi menerima lebih banyak glukosa melalui plasenta. Hal ini mendorong produksi insulin pada bayi, yang berfungsi sebagai hormon pertumbuhan, sehingga menyebabkan peningkatan berat badan bayi.
3. Kelebihan Berat Badan dan Obesitas pada Ibu
Ibu yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan makrosomia. Lemak tubuh yang berlebihan pada ibu dapat mempengaruhi metabolisme dan kadar glukosa darah, yang pada gilirannya mempengaruhi pertumbuhan bayi dalam kandungan.
4. Riwayat Melahirkan Bayi Besar
Ibu yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan besar sebelumnya cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami makrosomia pada kehamilan berikutnya.
5. Kehamilan yang Melebihi Usia Kehamilan Normal
Bayi yang lahir setelah 42 minggu kehamilan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami makrosomia. Semakin lama bayi berada dalam kandungan, semakin besar kemungkinan berat badannya bertambah.
6. Faktor Lain
Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan makrosomia meliputi:
- Usia ibu yang lebih tua.
- Jenis kelamin bayi (bayi laki-laki cenderung lebih besar daripada bayi perempuan).
- Gaya hidup ibu yang tidak sehat, termasuk pola makan yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik.
Gejala Makrosomia
1. Berat Lahir yang Tinggi
Gejala utama makrosomia adalah berat lahir bayi yang lebih dari 4.000 gram. Ini adalah indikator langsung yang sering digunakan untuk mendiagnosis makrosomia.
2. Pertumbuhan yang Cepat dalam Kandungan
Selama kehamilan, dokter mungkin akan memperhatikan pertumbuhan yang cepat pada bayi melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Bayi dengan makrosomia sering menunjukkan peningkatan ukuran kepala, perut, dan panjang tubuh yang signifikan.
3. Komplikasi saat Persalinan
Makrosomia dapat menyebabkan berbagai komplikasi saat persalinan, seperti distosia bahu (bahu bayi tersangkut saat persalinan), perdarahan hebat pada ibu, dan kebutuhan untuk persalinan dengan operasi caesar.
4. Hipoglikemia pada Bayi
Setelah lahir, bayi dengan makrosomia berisiko mengalami hipoglikemia (kadar gula darah rendah) karena kadar insulin yang tinggi. Ini memerlukan pemantauan dan penanganan segera.
Baca juga: Bagaimana Ciri-ciri Janin Cegukan saat di Dalam Kandungan?
Penanganan Makrosomia
1. Pencegahan dan Pengelolaan Diabetes pada Ibu Hamil
Salah satu cara terbaik untuk mencegah makrosomia adalah dengan mengelola diabetes pada ibu hamil. Ini melibatkan pengendalian kadar gula darah melalui diet sehat, olahraga, dan jika perlu, penggunaan obat-obatan atau insulin.
2. Pemantauan Pertumbuhan Janin
Selama kehamilan, penting untuk memantau pertumbuhan janin secara berkala melalui pemeriksaan USG. Ini membantu dokter untuk mendeteksi tanda-tanda makrosomia dan merencanakan tindakan yang diperlukan.
3. Rencana Persalinan yang Tepat
Jika makrosomia terdeteksi, dokter mungkin akan merekomendasikan persalinan dengan operasi caesar untuk mengurangi risiko komplikasi. Rencana persalinan yang tepat sangat penting untuk memastikan keselamatan ibu dan bayi.
4. Pengelolaan Berat Badan Ibu
Mengelola berat badan ibu sebelum dan selama kehamilan dapat membantu mengurangi risiko makrosomia. Ini melibatkan adopsi gaya hidup sehat, termasuk pola makan yang seimbang dan aktivitas fisik yang cukup.
5. Penanganan Setelah Persalinan
Setelah lahir, bayi dengan makrosomia mungkin memerlukan pemantauan ketat untuk memastikan tidak mengalami komplikasi seperti hipoglikemia. Pemberian ASI atau susu formula secara teratur dapat membantu menjaga kadar gula darah bayi tetap stabil.
Baca juga: Bagaimana Fase Perkembangan Embrio (Embriogenesis)?
Makrosomia adalah kondisi medis yang memerlukan perhatian khusus selama kehamilan dan persalinan. Penyebab utama makrosomia meliputi faktor genetik, diabetes pada ibu hamil, kelebihan berat badan pada ibu, dan kehamilan yang melebihi usia kehamilan normal. Gejala makrosomia meliputi berat lahir yang tinggi, pertumbuhan cepat dalam kandungan, dan komplikasi saat persalinan. Penanganan makrosomia melibatkan pencegahan dan pengelolaan diabetes pada ibu hamil, pemantauan pertumbuhan janin, rencana persalinan yang tepat, pengelolaan berat badan ibu, dan penanganan setelah persalinan. Dengan penanganan yang tepat, risiko komplikasi dapat dikurangi dan kesehatan ibu serta bayi dapat terjaga dengan baik.
Untuk konsultasikan lebih dalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan ataupun masalah infertilitas, Anda bisa konsultasikan dengan dokter-dokter kandungan profesional di Morula IVF Indonesia. Klinik fertilitas terbaik di Indonesia ini menawarkan konsultasi kandungan profesional dan komprehensif. Dengan pengalaman lebih dari 26 tahun, Morula IVF memiliki tim dokter spesialis kandungan yang berdedikasi untuk membantu pasangan untuk memiliki buah hati yang sehat. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi atau telusuri website resmi Morula IVF untuk menyampaikan pertanyaan maupun konsultasi.
Referensi:
- American Diabetes Association. (2020). Management of Diabetes in Pregnancy: Standards of Medical Care in Diabetes.
- Cunningham, F. G., et al. (2018). Williams Obstetrics, 25th Edition. McGraw-Hill Education.
- Catalano, P. M., & Shankar, K. (2017). Obesity and pregnancy: mechanisms of short term and long term adverse consequences for mother and child. BMJ.
- Langer, O. (2015). Fetal macrosomia: Etiology, clinical diagnosis, and management. UpToDate.
- WebMD, diakses pada 2024: What is Fetal Macrosomia?
- Medical News Today, diakses pada 2024: What is fetal macrosomia?