Keguguran adalah hal yang paling dikhawatirkan oleh ibu hamil, dan salah satu penyebab terjadinya keguguran adalah infeksi. Penyakit infeksi bisa saja terjadi pada semua orang, termasuk pada ibu hamil.
Sebenarnya, secara alami tubuh sudah memiliki antibodi yang dapat memerangi infeksi virus atau bakteri tertentu. Selain itu, imunisasi dan vaksin yang diberikan pada ibu hamil baik ketika hamil maupun sebelum hamil juga bermanfaat memberi kekebalan pada tubuh terhadap infeksi virus dan bakteri.
- Sesak Nafas Saat Hamil? Inilah Penyebab dan Cara Mengatasinya!
- Penjelasan serta Ciri Lengkap dari Bayi Kembar Monozigot dan Dizigot, Simak di Sini!
- Kehamilan 4 Bulan, Inilah Tanda dan Keluhan yang Umum Terjadi
- 4 Cara Konsumsi Buah Bit untuk Ibu Hamil yang Benar
- Sumber Kalsium untuk Ibu Hamil: Kunci Kesehatan Ibu dan Janin
Akan tetapi, tidak semua ibu hamil memiliki kekebalan tubuh yang kuat. Apalagi ketika hamil akan terjadi perubahan hormon dan fungsi sistem kekebalan tubuh yang bisa membuat ibu hamil lebih mudah sakit, termasuk yang disebabkan oleh infeksi. Bahkan, infeksi ringan pun bisa berisiko mengganggu kesehatan ibu dan janin.
Jenis Infeksi Yang Menyebabkan Keguguran
Infeksi pada ibu hamil bisa disebabkan oleh bakteri dan virus dengan faktor risiko yang berbeda-beda. Ada yang dapat meningkatkan risiko keguguran dan lahir mati. Agar Anda lebih waspada, kenali beberapa jenis infeksi yang bisa terjadi pada ibu hamil serta pencegahannya.
1. Brucellosis
Brucellosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dari hewan yang terinfeksi atau produk hewan yang terinfeksi, seperti produk susu yang tidak dipasteurisasi. Gejala yang ditimbulkan akibat infeksi ini umumnya masih ringan yaitu seperti demam, sakit kepala, dan kelelahan.
Karena masih ringan, infeksi ini bisa disembuhkan hanya dengan antibiotik. Meskipun demikian, infeksi brucellosis ini ternyata juga bisa menimbulkan resiko keguguran pada ibu hamil yang terkena infeksi ini jika tidak mendapatkan pengobatan yang tepat.
2. Bakteri Vaginosis (BV)
Bakteri vaginosis (BV) merupakan infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebih pada vagina sehingga menyebabkan ketidakseimbangan bakteri vagina, termasuk ureaplasma dan mycoplasma. Infeksi ini bukanlah penyakit seksual menular, jadi tidak perlu terlalu khawatir. Gejalanya hanya akan gatal-gatal pada sekitar area vagina, keluar cairan berwarna putih atau abu-abu dan memiliki bau amis.
BV umumnya juga tidak memerlukan pengobatan khusus dan bisa diobati dengan antibiotik, namun tetap harus konsultasi dengan dokter jika mengalaminya. Peningkatan risiko keguguran pada infeksi ini terjadi pada trimester kedua.
3. Cacar air (varicella)
Cacar air merupakan infeksi yang bisa terjadi pada ibu hamil terutama pada ibu yang belum pernah terinfeksi sebelumnya. Gejala cacar air berupa ruam gatal, demam dan sakit kepala. Risiko cacar air pada ibu hamil bisa dibilang kecil. Komplikasi yang muncul dari penyakit ini tergantung pada usia kehamilan. Kebanyakan kasus ibu hamil yang terkena cacar air dapat sembuh tanpa membahayakan janinnya. Namun pada usia awal kehamilan dapat berpotensi kecacatan dan kematian pada janin.
4. Hepatitis
Jika seseorang terinfeksi virus hepatitis untuk pertama kalinya terutama pada usia kehamilan di trimester ketiga, maka berisiko mengalami persalinan secara prematur.
Hepatitis B merupakan salah satu jenis virus hepatitis yang menginfeksi hati. Jika seseorang terinfeksi hepatitis B saat hamil, infeksi tersebut dapat menular ke bayi dan bayi harus diberikan vaksin hepatitis ketika lahir hingga ia mencapai usia 1 tahun. Beberapa jenis hepatitis ini dapat menyebabkan komplikasi kesehatan dalam jangka panjang.
5. Rubella
Rubella adalah salah satu jenis infeksi yang membahayakan janin. Meskipun infeksi ini dapat dicegah dengan imunisasi MMR yang diberikan sebelum hamil, namun tetap bahayanya tidak bisa disepelekan.
Ibu hamil yang menderita rubella di usia 4 bulan awal kehamilannya maka berisiko mengalami keguguran atau kecacatan janin. Gejala yang terjadi jika mengalami infeksi ini adalah munculnya ruam berbintik merah dan sakit kepala. Infeksi ini termasuk infeksi yang bisa menular akibat menghirup atau terkena percikan air liur penderita rubella, misalnya ketika bersin dan batuk.
Ibu hamil yang terinfeksi virus ini pada trimester pertama kehamilan berisiko lebih tinggi untuk melahirkan anak dengan sindrom rubella bawaan atau congenital rubella syndrome. Sindrom rubella bawaan ini dapat menyebabkan bayi lahir dengan kondisi tuli, buta, kerusakan otak, kelainan jantung, gangguan intelektual atau retardasi mental, gangguan tiroid, dan peradangan pada paru.
6. Toksoplasmosis
Toksoplasmosis merupakan infeksi yang dapat terjadi ketika mengkonsumsi daging yang belum matang atau juga bisa melalui kotoran kucing yang terinfeksi. Jika Anda terinfeksi toksoplasmosis untuk pertama kali saat hamil maka ada risiko bahwa dapat menyebabkan masalah pada janin seperti cacat lahir, keguguran dan lahir mati.
Cara Mencegah dan Mengatasi Penyakit Infeksi Saat Hamil
Untuk menjaga kesehatan kehamilan serta meminimalisir risiko penyakit infeksi saat hamil, Anda bisa melakukan beberapa tips dan cara berikut ini:
- Rajin mencuci tangan dengan sabun
- Hindari susu yang tidak dipasteurisasi dan makanan mentah saat hamil
- Jangan menyentuh tempat kotoran hewan peliharaan
- Rutin lakukan tes penyakit menular seksual (PMS)
- Lakukan vaksinasi sesuai dengan anjuran
- Hindari menggunakan produk kebersihan kewanitaan
- Mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi
- Periksakan ke dokter jika dirasa mengalami penyakit infeksi saat hamil
Pada akhirnya berbagai infeksi yang terjadi pada masa kehamilan memiliki efek yang tidak baik untuk ibu dan juga janin. Maka dari itu penting untuk waspada, menjaga pola hidup dan jangan lupa selalu cek rutin dan berkonsultasi pada dokter untuk mencegah dan meminimalkan risiko jika terlanjur terinfeksi. Semoga bermanfaat!