Hipertensi pada ibu hamil merupakan kondisi yang serius dan bisa membahayakan kehamilan. Hipertensi kehamilan terjadi ketika tekanan darah ibu hamil berada di angka 140/90 mmHg atau lebih. Kondisi ini bisa memicu preeklampsia atau keracunan kehamilan yang sangat berdampak bagi janin dan ibunya. Oleh karena itu, ibu hamil perlu menjaga tekanan darah selama kehamilan agar hipertensi tidak terjadi.
Ibu hamil juga perlu tahu apa saja yang menjadi penyebab hipertensi dan cara mengatasinya agar kondisi berbahaya dapat dicegah. Nah, untuk tahu lebih lanjut mengenai kondisi hipertensi pada ibu hamil, jenis, penyebab, dan penanganannya, yuk simak ulasan berikut ini!
Jenis Hipertensi
Hipertensi pada ibu hamil terdiri dari beberapa jenis yang perlu Anda ketahui, antara lain:
1. Hipertensi Kronis
Hipertensi kronis adalah hipertensi yang terjadi pada sebelum hamil atau sebelum usia kehamilan menginjak 20 minggu. Tekanan darah tinggi jenis ini umumnya tidak memiliki gejala apapun sehingga jarang disadari oleh ibu hamil. Ibu hamil biasanya baru menyadari kondisi hipertensi ketika melakukan pemeriksaan kehamilan.
2. Hipertensi Kronis dengan Preeklampsia
Jenis hipertensi pada ibu hamil berikutnya adalah hipertensi kronis dengan preeklampsia. Hipertensi jenis ini ditandai dengan tekanan darah di atas normal yang disertai dengan adanya protein pada urin. Umumnya kondisi ini terjadi pada trimester kedua atau ketiga kehamilan.
3. Hipertensi Gestasional
Hipertensi ini merupakan tekanan darah tinggi yang terjadi pada usia kandungan lebih dari 10 minggu. Meskipun tekanan darah tinggi, namun pada jenis ini tidak disertai dengan adanya protein pada urin. Umumnya tekanan darah akan kembali normal pasca ibu melahirkan karena tidak tergolong berbahaya jika dapat dikontrol dengan baik.
4. Preeklampsia
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, hipertensi pada ibu hamil dapat berlanjut menjadi preeklampsia jika tidak terkontrol. Kondisi ini menyebabkan kerusakan pada organ seperti ginjal, hati, otak, dan juga darah. Ibu hamil yang mengalami preeklampsia cenderung mengalami gejala sesak napas, bengkak pada kaki dan tangan, serta penglihatan kabur. Preeklampsia dapat terjadi begitu saja dengan faktor risiko antara lain kehamilan pertama, usia ibu di atas 40 tahun, obesitas, hingga hamil kembar.
5. Eklamsia
Eklamsia adalah kondisi lanjutan dari preeklampsia. Eklamsia terjadi ketika preeklampsia tidak tertangani dengan baik. Jenis hipertensi pada ibu hamil ini sangat berbahaya karena dalam kondisi ini ibu hamil bisa mengalami kejang, koma, bahkan meninggal.
Bahaya Hipertensi pada Ibu Hamil
Hipertensi pada ibu hamil harus tertangani dengan baik. Pasalnya, jika tidak, kondisi ini dapat membahayakan ibu dan juga janin di dalam kandungan. Berikut merupakan bahaya hipertensi pada ibu hamil yang mungkin terjadi:
1. Pertumbuhan Janin Terhambat
Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan aliran darah ke plasenta menjadi berkurang. Akibatnya, pertumbuhan janin terhambat sehingga janin tidak dapat berkembang sempurna. Janin bisa lahir dalam keadaan prematur atau memiliki berat badan yang kurang.
2. Bayi Lahir Prematur
Kondisi hipertensi yang membahayakan (terlebih jika terjadi preeklampsia), dapat mendorong dokter untuk mengeluarkan janin sesegera mungkin. Hal ini meningkatkan risiko bayi lahir secara prematur atau kurang bulan karena belum waktunya. Risiko bayi lahir mati pun menjadi bertambah.
3. Solusio Plasenta
Bahaya hipertensi pada ibu hamil berikutnya adalah terjadinya solusio plasenta. Kondisi ini terjadi ketika plasenta terlepas dari dinding rahim. Akibatnya, dapat terjadi kerusakan parah pada plasenta serta pendarahan pada ibu.
Tidak hanya itu, tensi tinggi pada ibu hamil juga bisa menyebabkan kerusakan organ tubuh ibu dan janin jika tidak terkontrol dengan baik. Risiko kematian ibu dan bayi pun menjadi meningkat.
Cara Mengatasi Hipertensi
Cara mengatasi hipertensi pada ibu hamil perlu dilakukan agar risiko yang membahayakan tidak terjadi. Kondisi ini memerlukan pemantauan secara ketat dan intensif dari dokter agar tekanan darah ibu hamil tidak melonjak tinggi. Oleh sebab itu, ibu hamil perlu rutin memeriksakan kandungan setiap bulannya.
Umumnya, saat hipertensi terjadi, dokter akan meresepkan obat penurun tekanan darah tinggi dengan dosis yang sudah disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. Obat ini juga tidak berdampak pada tumbuh kembang janin sehingga aman untuk dikonsumsi.
Nah, jika Anda sudah mendapatkan resep obat tersebut, minumlah obat tersebut secara teratur sesuai dengan anjuran dokter. Hindari menambah dosis atau meminum obat lain yang tidak dianjurkan. Selain itu, jagalah kesehatan kehamilan serta tekanan darah dengan mengontrol stres, rajin olahraga, serta istirahat cukup.
Itulah beberapa hal mengenai hipertensi pada ibu hamil yang perlu Anda ketahui. Anda perlu rutin mengecek kehamilan sesuai dengan jadwal agar kondisi kehamilan Anda selalu sehat. Jikalau ada indikasi hipertensi, dokter akan melakukan penanganan segera agar tekanan darah dapat terkontrol dengan baik.