Artikel ini telah direview secara medis oleh
dr. Anggia Melanie Lubis, FMAS, MSc (HumRepro), SpOG
Hiperprolaktinemia adalah kondisi di mana kadar hormon prolaktin dalam darah meningkat secara abnormal. Prolaktin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari di otak, dan berperan penting dalam produksi ASI pada wanita setelah melahirkan. Namun, kadar prolaktin yang terlalu tinggi, baik pada wanita maupun pria, dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan menstruasi, infertilitas, hingga disfungsi seksual.
- Sumber Vitamin D untuk Ibu Hamil: Mengapa Penting dan Bagaimana Memenuhinya
- Ketahui Gejala dan Penyebab Infeksi Saluran Kemih Pada Pria
- Pil KB: Manfaat, Cara Kerja, Serta Efek Samping yang Wajib Diketahui
- Mengenal Perbedaan Autoimun dan Lupus Secara Mendalam
- Apa Itu Endometriosis? Cari Tahu Penanganannya di Sini!
Penyebab Hiperprolaktinemia
Hiperprolaktinemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yang berkaitan dengan gangguan pada fungsi kelenjar pituitari atau kondisi medis lainnya. Salah satu penyebab utama dan paling umum adalah prolaktinoma, yaitu tumor jinak pada kelenjar pituitari. Tumor ini dapat merangsang produksi prolaktin secara berlebihan, yang menyebabkan peningkatan kadar hormon ini dalam darah. Prolaktinoma biasanya tidak bersifat ganas, namun dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi dan menyebabkan gangguan hormonal lainnya.
Selain prolaktinoma, beberapa kondisi medis lain juga dapat memicu hiperprolaktinemia, seperti:
- Hipotiroidisme: Fungsi tiroid yang rendah dapat menyebabkan peningkatan pelepasan hormon tirotropin-releasing hormone (TRH), yang pada gilirannya merangsang produksi prolaktin oleh kelenjar pituitari. Oleh karena itu, hipotiroidisme yang tidak diobati dapat berkontribusi pada hiperprolaktinemia.
- Penggunaan obat-obatan: Beberapa jenis obat, terutama yang memengaruhi fungsi dopamin di otak, dapat meningkatkan kadar prolaktin. Contohnya termasuk antipsikotik (seperti haloperidol atau risperidone), antidepresan, obat anti mual, dan beberapa obat tekanan darah. Obat-obat ini menghambat reseptor dopamin, yang secara normal berfungsi menekan produksi prolaktin.
- Stres dan cedera fisik: Stres emosional yang berlebihan atau cedera fisik, seperti trauma pada dada atau operasi, dapat mempengaruhi pelepasan hormon dan menyebabkan peningkatan kadar prolaktin. Stres dapat merangsang pelepasan hormon yang berhubungan dengan stres, seperti kortisol, yang bisa mempengaruhi keseimbangan hormonal secara keseluruhan.
Selain itu, kondisi medis seperti penyakit ginjal kronis dan sirosis hati juga bisa mempengaruhi metabolisme prolaktin, karena tubuh tidak dapat memproses hormon ini dengan baik. Akibatnya, kadar prolaktin dalam darah meningkat, yang dapat menyebabkan hiperprolaktinemia. Faktor hormonal lain, seperti kehamilan atau laktasi, dapat meningkatkan produksi prolaktin secara normal, tetapi jika produksi hormon ini terus berlebihan di luar periode tersebut, dapat mengindikasikan adanya gangguan yang memerlukan perhatian medis.
Baca juga: Cegah Anak dari Gangguan Genetik dengan Uji Genetik Prakonsepsi
Gejala Hiperprolaktinemia
Gejala hiperprolaktinemia bervariasi tergantung pada jenis kelamin, usia, serta kondisi kesehatan individu. Pada beberapa kasus, peningkatan kadar prolaktin mungkin tidak menimbulkan gejala yang langsung terasa, namun dapat berdampak signifikan pada fungsi hormonal dan reproduksi. Perbedaan antara gejala yang dialami oleh wanita dan pria juga mencerminkan pengaruh prolaktin terhadap sistem reproduksi masing-masing.
Pada wanita, prolaktin yang berlebihan mempengaruhi siklus menstruasi dan kemampuan untuk hamil. Gejala yang sering muncul antara lain:
- Gangguan menstruasi: Salah satu tanda paling umum adalah menstruasi yang tidak teratur (oligomenorea) atau bahkan berhenti sama sekali (amenorea). Ini terjadi karena tingginya kadar prolaktin dapat mengganggu produksi hormon gonadotropin, yang penting untuk mengatur siklus menstruasi.
- Infertilitas: Hiperprolaktinemia dapat menghalangi ovulasi, sehingga sulit bagi wanita untuk hamil. Prolaktin yang berlebihan menekan hormon estrogen, yang diperlukan untuk perkembangan folikel di ovarium.
- Galaktorea: Kondisi ini ditandai dengan keluarnya ASI dari payudara meskipun wanita tersebut tidak sedang hamil atau menyusui. Ini merupakan salah satu gejala hiperprolaktinemia yang khas karena prolaktin secara langsung terlibat dalam produksi ASI.
- Nyeri atau ketidaknyamanan pada payudara: Tingginya kadar prolaktin dapat menyebabkan perubahan pada jaringan payudara, termasuk pembengkakan dan nyeri, terutama jika disertai galaktorea.
Pada pria, gejala hiperprolaktinemia lebih cenderung berhubungan dengan disfungsi seksual, karena prolaktin yang tinggi dapat mengurangi produksi hormon testosteron, yang penting untuk fungsi reproduksi dan seksual. Gejala-gejalanya meliputi:
- Penurunan libido atau hasrat seksual: Kadar prolaktin yang tinggi menekan hormon testosteron, yang menyebabkan hilangnya hasrat seksual. Ini sering menjadi keluhan utama pria dengan hiperprolaktinemia.
- Disfungsi ereksi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi dapat terjadi karena rendahnya kadar testosteron yang disebabkan oleh prolaktin berlebih.
- Infertilitas: Sama halnya dengan wanita, peningkatan kadar prolaktin pada pria dapat mempengaruhi produksi sperma, yang pada akhirnya menyebabkan infertilitas.
- Pertumbuhan jaringan payudara (ginekomastia): Pada beberapa pria, peningkatan prolaktin dapat menyebabkan pertumbuhan jaringan payudara, yang disebut ginekomastia. Kondisi ini sering disertai rasa nyeri atau ketidaknyamanan.
Selain gejala yang berkaitan dengan reproduksi dan hormonal, hiperprolaktinemia juga dapat menyebabkan masalah pada kesehatan mental. Banyak pasien melaporkan mengalami:
- Depresi: Kadar prolaktin yang tinggi dapat mempengaruhi keseimbangan kimia otak, yang dapat menyebabkan perasaan sedih atau cemas.
- Gangguan tidur: Disfungsi hormonal akibat hiperprolaktinemia sering kali disertai gangguan pola tidur, seperti insomnia atau kelelahan yang terus menerus.
- Kelelahan berlebihan: Individu dengan hiperprolaktinemia mungkin mengalami kelelahan tanpa sebab yang jelas, terkait dengan ketidakseimbangan hormon yang mempengaruhi metabolisme dan energi.
Gejala-gejala ini, baik pada pria maupun wanita, dapat berdampak pada kualitas hidup dan memerlukan evaluasi medis untuk diagnosis yang tepat serta perawatan yang sesuai.
Baca juga: Kenali Hipogonadisme, Gangguan Hormon Pada Pria dan Wanita
Perawatan Hiperprolaktinemia
Perawatan hiperprolaktinemia bergantung pada penyebab yang mendasari serta tingkat keparahan kondisi. Beberapa pendekatan umum untuk perawatan hiperprolaktinemia meliputi:
- Pengobatan dengan obat dopamin agonis
Obat-obatan seperti bromokriptin dan kabergolin sering diresepkan untuk menurunkan kadar prolaktin dalam darah. Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor dopamin yang dapat menekan produksi prolaktin di kelenjar pituitari. Dalam banyak kasus, obat-obatan ini cukup efektif dan dapat mengurangi gejala hiperprolaktinemia . - Perawatan bedah
Jika hiperprolaktinemia disebabkan oleh prolaktinoma yang tidak merespons pengobatan, atau jika ukuran tumor terlalu besar dan menyebabkan masalah penglihatan, tindakan bedah untuk mengangkat tumor mungkin diperlukan . - Pengobatan untuk hipotiroidisme
Jika hipotiroidisme menjadi penyebab utama hiperprolaktinemia, pengobatan dengan hormon tiroid biasanya direkomendasikan untuk menormalkan kadar prolaktin .
Selain perawatan medis, penting juga bagi pasien untuk memantau kesehatan secara berkala dengan bantuan dokter guna menyesuaikan pengobatan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Dampak Jangka Panjang dan Prognosis
Sebagian besar pasien yang menjalani perawatan untuk hiperprolaktinemia dapat mengalami perbaikan signifikan dalam gejala mereka. Kadar prolaktin dapat diturunkan dengan pengobatan, dan banyak pasien yang berhasil kembali ke fungsi normal, termasuk menstruasi yang teratur dan pemulihan fungsi seksual. Namun, dalam beberapa kasus, terutama pada pasien dengan prolaktinoma yang besar, pemantauan jangka panjang mungkin diperlukan untuk memastikan tidak terjadi kekambuhan.
Baca juga: Memahami Gonadotropin-Releasing Hormone: Peran dan Fungsinya
Hiperprolaktinemia adalah kondisi yang dapat berdampak signifikan pada kesehatan reproduksi dan kualitas hidup seseorang. Meskipun kondisi ini seringkali terkait dengan tumor jinak seperti prolaktinoma, beberapa penyebab lain seperti obat-obatan, hipotiroidisme, atau stres juga dapat berperan. Dengan pengobatan yang tepat, banyak pasien yang berhasil mengelola kondisi ini dan menjalani hidup yang normal. Jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan seperti gangguan menstruasi atau disfungsi seksual, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan perawatan yang sesuai.
Untuk Anda yang masih dalam program kehamilan ataupun tengah mengalami permasalahan infertilitas, Anda bisa konsultasikan dengan dokter-dokter kandungan profesional di Morula IVF Indonesia. Klinik fertilitas ini menawarkan konsultasi kandungan profesional dan komprehensif. Dengan pengalaman lebih dari 26 tahun, Morula IVF memiliki tim dokter spesialis yang berdedikasi untuk membantu pasangan untuk memiliki buah hati yang sehat. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi atau telusuri website resmi Morula IVF untuk menyampaikan pertanyaan maupun konsultasi.
Referensi:
- StatPearls. (2019). Prolactinoma. Diakses pada Oktober 2024.
- WebMD. (n.d.). What is Hyperprolactinemia? Diakses pada Oktober 2024.
- American Society for Reproductive Medicine. (n.d.). Hyperprolactinemia (High Prolactin Levels). Diakses pada Oktober 2024.