Hiperplasia adalah suatu kondisi penebalan pada dinding rahim. Kondisi ini disebabkan oleh banyak hal. Ditandai dengan terjadinya perdarahan dari vagina atau adanya perubahan pola menstruasi. Kondisi ini dapat dialami oleh setiap wanita, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker rahim atau kanker ovarium. Mengingat ini kondisi penebalan di endometrium, sehingga apabila tidak segera diobati maka dapat berpotensi menjadi kanker di kemudian hari. Oleh karena itu pelajari lebih dalam mengenai hiperplasia endometrium supaya tidak terlambat!
Penyebab Hiperplasia
- Cacar Monyet & Kehamilan: Apa yang Perlu Anda Ketahui
- Cadangan Ovarium Menentukan Jumlah dan Kualitas Kumpulan Folikel Primordial Ovarium
- Inilah 6 Dampak Insomnia Pada Ibu Hamil, Wajib Tau!
- Mengenal Apa itu Miom: Gejala, Penyebab, dan Perawatan
- Keluar Lendir Seperti Putih Telur dari Vagina: Apa Artinya dan Kapan Harus Khawatir?
Hiperplasia atau dikenal juga sebagai hiperplasia endometrium adalah suatu kondisi di mana terjadi penebalan pada bagian lapisan terdalam dari rahim. Normalnya, ketebalan endometrium berubah-ubah sesuai dengan siklus haid. Akan tetapi dalam kondisi hiperplasia, lapisan endometrium dalam keadaan terlalu tebal akibat kelebihan pertumbuhan sel. Siklus haid itu sendiri dipengaruhi oleh 2 hormon, yaitu hormon estrogen dan progesteron.
Ovarium akan melepaskan sel telur dan estrogen saat masa ovulasi. Apabila terjadi pembuahan, maka estrogen membuat endometrium menebal sehingga dapat menjadi tempat yang ideal untuk tumbuhnya embrio. Apabila tidak terjadi pembuahan oleh sperma, kadar kedua hormon dalam tubuh wanita ini dapat menurun. Sehingga sel telur yang tidak dibuahi akan luruh bersama darah ketika haid. Oleh karenanya dinding rahim akan mengalami penipisan kembali hingga masa ovulasi berikutnya.
Namun apabila jumlah hormon estrogen pada wanita terlalu tinggi, dapat menyebabkan penebalan dinding rahim secara tidak normal. Sel yang menghasilkan lapisan endometrium dapat bergabung dan berubah menjadi abnormal, yang disebut dengan hiperplasia endometrium. Wanita yang berisiko tinggi mengalami hiperplasia endometrium adalah mereka yang memiliki kondisi berikut ini:
- Berusia 35 tahun ke atas.
- Sudah mulai mengalami menopause.
- Mengalami infertilitas atau tidak pernah hamil sebelumnya.
- Haid di usia sangat belia.
- Obesitas.
- Perokok.
- Mengalami diabetes melitus.
- Mengalami sindrom ovarium polikistik.
- Mempunyai riwayat keluarga yang mengalami kanker ovarium, kanker endometrium atau kanker usus besar.
Jenis Hiperplasia
Hiperplasia endometrium dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Hiperplasia Endometrium Benigna
Jenis hiperplasia ini sel-sel endometrium yang ada dalam bentuk normal, sehingga tidak didapatkan mutasi sel sama sekali. Disebut juga hiperplasia endometrium tanpa atypia. Di mana kemungkinan menjadi kanker cukup kecil.
2. Neoplasia Endometrioid
Jenis hiperplasia ini terjadi karena adanya genetika yang tidak normal. Sehingga bentuk selnya abnormal dan cenderung berubah jadi sel ganas dan bisa menyebabkan kondisi pra-kanker. Disebut juga hiperplasia endometrium atipikal/kompleks.
Gejala Hiperplasia
Hiperplasia ditandai dengan gejala utama yaitu perdarahan abnormal dari rahim. Selain itu, gejala juga bisa berupa:
- Haid berkepanjangan hingga lebih dari 10 hari.
- Darah haid jauh lebih banyak dari biasanya.
- Jarak antara haid pertama bulan sebelumnya dan bulan ini kurang dari 21 hari.
- Kondisi sudah menopause, akan tetapi mengalami pendarahan dari vagina.
Pengobatan Hiperplasia
Hiperplasia harus diobati oleh dokter spesialis kandungan. Umumnya dokter akan memberikan obat yang mengandung preparat progestin, bisa dalam bentuk suntikan, tablet yang diminum maupun krim vagina. Pengobatan lainnya adalah dengan melakukan tindakan kuretase, di mana jaringan endometrium ‘dikerok’ agar ketebalannya berkurang. Kuretase bisa dilakukan bersamaan dengan biopsi. Namun apabila hiperplasia diduga mengarah ke kanker. Maka diperlukan tindakan berupa operasi pengangkatan rahim, dipertimbangkan terutama bagi wanita yang sudah tidak berencana memiliki anak.
Kesimpulannya, hiperplasia adalah kondisi penebalan lapisan dalam rahim yang dapat berpotensi menyebabkan kanker jika tidak segera diobati. Oleh karena itu lakukan kontrol rutin ke dokter, dan jaga berat badan supaya tubuh tidak kelebihan estrogen.