Mengetahui usia yang cukup sebelum menjalani proses kehamilan merupakan salah satu hal penting bagi setiap pasangan. Selain perlu adanya kesiapan mental, kondisi ini juga bisa membantu menekan resiko hamil muda atau hamil pada usia terlalu tua, sehingga tidak terjadi ancaman gangguan kesehatan.
Berdasarkan data BKKBN, sayangnya di Indonesia sendiri masih marak terjadi kehamilan di usia muda. Angka kehamilan dan kelahiran pada remaja usia 10-19 tahun bahkan mencapai 48,5 juta. Padahal, usia ideal seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan ada di kisaran 21-35 tahun.
Lantas, apa saja resiko hamil muda yang bisa mengancam kesehatan? Berikut merupakan beberapa contoh gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh ibu maupun bayi ketika hamil pada usia terlalu dini.
Faktor Penyebab Kehamilan pada Remaja
Bagaimanapun juga, kehamilan di usia muda bisa dipicu oleh banyak faktor. Berikut merupakan beberapa penyebab yang bisa menjadi dasar terkait kondisi ini.
1. Pergaulan Bebas
Perkembangan zaman membuat pergaulan kaum remaja sulit dibatasi. Pergaulan bebas sendiri merupakan sikap atau tindakan yang dilakukan tanpa mengindahkan aturan hukum serta norma yang berlaku di masyarakat.
Adapun contoh bentuk-bentuk pergaulan bebas yang kerap terjadi di antaranya seperti minum-minuman keras, seks bebas, merokok, tawuran, serta mengkonsumsi obat-obat terlarang.
2. Kurangnya Pengetahuan dan Edukasi
Pengetahuan dan edukasi seksual sangat penting untuk remaja masa kini. Namun, sayangnya sebagian orang masih menganggap tabu terkait hal ini, sehingga masih marak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya seperti hamil muda sebelum menikah.
3. Tindakan Kriminal
Faktor lainnya yang bisa menjadi penyebab kehamilan pada remaja adalah tindakan kriminal. Maraknya pelaku kejahatan seksual otomatis bisa mengancam keselamatan anak-anak dari masalah kesehatan.
Baca juga: Ketahui Gejala dan Penyebab Hamil Diluar Kandungan Berikut Ini
Resiko Hamil Muda untuk Kesehatan Ibu
Ada banyak resiko yang bisa mengancam kesehatan ibu ketika hamil di usia dini. Semakin awal bayi dilahirkan maka semakin besar pula potensi gangguan kesehatan yang akan dialami. Inilah beberapa contoh resiko hamil muda yang kerap terjadi.
1. Kerusakan Organ Reproduksi
Kerusakan organ reproduksi menjadi ancaman serius akibat hamil usia dini. Kemungkinan tersebut bisa terjadi karena kondisi rahim yang belum matang sehingga terjadi keguguran berulang kali.
Potensi kerusakan organ reproduksi sendiri bisa menyebabkan perempuan tidak bisa hamil kembali. Apabila hal ini terjadi, kemungkinan terburuknya hanya bisa mendapatkan keturunan lewat proses adopsi atau bayi tabung.
2. Resiko Terkena Kanker Serviks
Kanker serviks adalah salah satu tipe penyakit mematikan yang sulit terdeteksi. Faktor penyebab utamanya sendiri berkaitan langsung dengan aktivitas seksual yang dilakukan sejak usia dini.
Semakin muda perempuan berhubungan dan hamil, maka resiko terkena kanker serviks juga akan semakin besar. Kabar buruknya, kanker serviks rata-rata baru terdeteksi dalam waktu 10-20 tahun usia perkembangannya di dalam rahim.
3. Gangguan Anemia Ketika Proses Melahirkan
Resiko hamil muda berikutnya adalah gangguan anemia. Kondisi tersebut berpotensi terjadi pada saat proses melahirkan. Penyebabnya yakni kondisi tubuh yang masih terlalu kecil sehingga terjadi kekurangan darah ketika terjadi perdarahan.
4. Potensi Keguguran Tinggi
Keguguran atau abortus sejatinya bisa disebabkan oleh banyak hal. Akan tetapi, pada kehamilan di usia remaja keguguran biasa terjadi karena kondisi rahim yang belum siap sehingga menyebabkan perkembangan dan pertumbuhan janin kurang optimal.
5. Depresi atau Rasa Cemas Berlebihan
Mayoritas pasangan, khususnya perempuan yang hamil di usia muda relatif belum mapan dari segi psikologis maupun finansial. Pasalnya, usia di bawah 20 tahun seharusnya mereka masih berada di bangku sekolah atau masih ingin mencari identitas diri.
Keterbatasan aktivitas yang bisa dilakukan akibat hamil pastinya akan menimbulkan depresi atau rasa cemas berlebihan. Hal inilah yang kemudian memicu penurunan kesehatan janin dan mental ibu selama proses kehamilan.
Selain itu, depresi juga bisa terjadi setelah masa persalinan. Remaja dibawah usia 20 tahun yang masih mengalami perkembangan hormon kemungkinan belum siap menjalankan peran sebagai ibu sekaligus istri yang melayani berbagai kebutuhan suami.
Apalagi jika kondisi kehamilan tidak diinginkan dan tidak mendapat dukungan penuh dari keluarga, kemungkinan besar ibu akan mengalami postpartum depression atau baby blues.
Baca juga: 6 Jenis Hormon Kehamilan yang Penting Untuk Diketahui
6. Memicu Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi yang bisa menyebabkan rasa pusing dan sakit kepala secara berlebihan. Kondisi tersebut bisa muncul sebagai salah satu resiko hamil muda karena perempuan dengan usia di bawah 20 tahun memiliki sel telur yang belum kuat dan matang untuk mengakomodir kehamilan.
Dalam kondisi normal, hipertensi bisa dicegah dengan cara mengkonsumsi buah-buahan serta mengurangi asupan garam. Adapun bahaya terbesar yang bisa dialami oleh ibu hamil penderita hipertensi sendiri adalah pendarahan.
7. Perdarahan Berat Ketika Melahirkan
Masih berkaitan dengan pembahasan pada poin sebelumnya, hamil di usia muda bisa beresiko mengalami pendarahan sebelum maupun ketika melahirkan. Umumnya kondisi tersebut disebabkan oleh organ reproduksi yang belum siap, maka dari itu ada aturan batas usia 21 tahun sebagai usia ideal untuk menikah dan memiliki keturunan.
Pemilihan batas usia sendiri bukan tanpa alasan, pasalnya pada masa tersebut pinggul wanita sudah memiliki ukuran dan kekuatan sempurna untuk menopang bayi. Selain itu, kondisi mental juga jauh lebih baik sehingga resiko jika terjadi perdarahan pascapersalinan bisa ditekan.
Resiko Hamil Muda untuk Kesehatan Bayi
Lahir prematur dan memiliki bobot di bawah normal merupakan beberapa resiko bayi yang lahir akibat hamil di usia dini. Berikut ulasan terkait resiko hamil muda untuk kesehatan bayi yang perlu Anda ketahui.
1. Berpotensi Terjadi Cacat Fisik
Resiko hamil muda tidak hanya akan diterima oleh ibu, tapi juga berbahaya untuk kesehatan bayi. Salah satu resiko yang bisa terjadi adalah cacat fisik yang terjadi akibat proses fertilisasi tidak sempurna.
Menilik dari fakta medis, perempuan di bawah usia 20 tahun umumnya memiliki sel telur yang belum terlalu matang. Alhasil ketika dibuahi oleh sperma dan terjadi proses fertilisasi, hal ini justru akan berpotensi menghasilkan janin yang cacat secara fisik.
2. Bayi Lahir Secara Prematur
Sebagai informasi, seorang bayi bisa dikatakan prematur jika usia kelahirannya berada dibawah 9 bulan atau kurang dari 37 minggu. Kelahiran prematur sendiri bisa menimbulkan beberapa efek negatif untuk bayi, mulai dari kondisi tubuhnya yang lebih lemah, mudah terserang penyakit, hingga mengganggu pertumbuhan kedepannya.
Terlepas dari itu, kondisi kelahiran prematur biasanya terjadi akibat beberapa hal. Salah satunya adalah resiko hamil muda dan makan nanas pada saat mengandung.
3. Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Mengingat tingginya resiko bayi lahir secara prematur akibat hamil muda, maka bayi juga berpotensi lahir dengan berat badan di bawah normal (BBLR). Kekurangan gizi serta pola makan seadanya ketika hamil sering kali menjadi penyebab dari kondisi ini.
Dalam kondisi normal, bayi rata-rata memiliki bobot sekitar 3 kilogram ketika dilahirkan. Sementara dalam kondisi prematur berat bayi ada di kisaran 1-2 kilogram saja.
Itulah penjelasan terkait resiko hamil muda yang perlu Anda ketahui. Anda bisa menjadikan informasi di atas sebagai referensi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Hamil dan melahirkan secara normal merupakan idaman bagi setiap pasangan, sehingga perlu adanya perencanaan yang matang.