Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang sangat rentan menyerang anak-anak, terutama di negara tropis seperti Indonesia. Dengan gejala yang seringkali mirip dengan penyakit lainnya, penting bagi orang tua untuk mengenali tanda-tanda dan gejala DBD pada anak sedini mungkin.
Baca juga: Sudden Infant Death Syndrome (SIDS): Memahami Risiko dan Cara Pencegahannya
Apa Itu Demam Berdarah Dengue (DBD)?
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini lebih sering terjadi pada musim hujan, di mana populasi nyamuk meningkat. Anak-anak rentan terhadap DBD karena daya tahan tubuh mereka yang masih berkembang. Selain itu, anak-anak cenderung menghabiskan waktu di luar rumah, meningkatkan risiko mereka terkena gigitan nyamuk.
Gejala DBD pada Anak
Gejala DBD pada anak sering kali muncul dalam 4 hingga 10 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi. Penting untuk diingat bahwa setiap anak mungkin menunjukkan gejala yang berbeda-beda. Berikut adalah gejala-gejala utama yang sering muncul pada kasus DBD pada anak:
1. Demam Tinggi Mendadak
Demam tinggi mendadak hingga mencapai suhu 40°C adalah salah satu tanda awal DBD pada anak. Demam ini sering kali berlangsung selama 2 hingga 7 hari dan dapat datang secara tiba-tiba. Perhatikan jika anak mengalami demam yang sulit diturunkan dengan obat penurun panas biasa.
2. Nyeri pada Bagian Tubuh
Anak yang terkena DBD cenderung mengalami nyeri hebat, khususnya di area otot, sendi, serta tulang. Nyeri pada otot ini sering kali disebut sebagai “breakbone fever” atau demam yang menyebabkan tulang terasa sakit. Selain itu, anak juga dapat mengeluhkan nyeri di sekitar mata.
3. Mual dan Muntah
Gejala lain yang sering muncul adalah mual dan muntah. Anak-anak mungkin merasa tidak nyaman, kehilangan nafsu makan, dan mengalami kesulitan untuk menelan makanan. Jika anak sering muntah atau merasa mual, ini bisa menjadi indikasi awal DBD.
4. Ruam Kulit Merah atau Bintik-bintik Merah
Salah satu ciri khas DBD pada anak adalah munculnya ruam merah atau bintik-bintik kecil di kulit. Biasanya ruam ini muncul pada hari ketiga atau keempat demam, dan bisa terlihat di seluruh tubuh. Pada beberapa kasus, ruam ini akan berangsur hilang dan kembali muncul dalam beberapa hari berikutnya.
5. Perdarahan Ringan
Pada tahap yang lebih serius, anak yang terkena DBD dapat mengalami perdarahan ringan seperti mimisan, gusi berdarah, atau munculnya darah dalam urine. Perdarahan ini disebabkan oleh menurunnya jumlah trombosit dalam darah.
6. Kelelahan dan Kelemahan Ekstrem
Setelah beberapa hari demam tinggi, anak mungkin merasa sangat lelah dan lemah. Kondisi ini dapat berlangsung hingga beberapa minggu setelah demam reda. Orang tua perlu waspada terhadap tanda-tanda kelelahan yang tidak biasa ini pada anak.
Baca juga: Makanan Kaya Antioksidan: Sumber, Manfaat, dan Pentingnya dalam Gaya Hidup Sehat
Ciri-ciri DBD pada Anak yang Harus Diwaspadai
Meskipun gejala-gejala di atas umum terjadi, orang tua harus ekstra waspada terhadap ciri-ciri DBD pada anak yang mungkin menunjukkan kondisi yang lebih serius. Beberapa tanda bahaya yang perlu diperhatikan antara lain:
- Nyeri perut yang parah atau sakit mendalam pada bagian perut
- Muntah terus-menerus
- Kulit atau bibir yang terlihat pucat atau dingin
- Denyut jantung cepat atau lemah
- Gelagat bingung atau kesulitan untuk bangun
Jika anak Anda menunjukkan salah satu dari tanda-tanda bahaya ini, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan medis. Penanganan dini sangat penting untuk mencegah kondisi DBD menjadi semakin parah.
Mengapa Anak Rentan Terkena DBD?
Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi DBD dibandingkan orang dewasa karena sistem kekebalan tubuh mereka yang masih berkembang. Selain itu, anak-anak lebih sering bermain di luar rumah dan berisiko terkena gigitan nyamuk Aedes aegypti. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko DBD pada anak termasuk:
- Kondisi lingkungan yang lembab dan padat penduduk
- Kurangnya kesadaran untuk memakai pakaian tertutup
- Tempat tinggal di daerah dengan banyak tempat air tergenang
Pencegahan DBD pada Anak
Sebagai orang tua, Anda dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah anak Anda dari risiko DBD. Beberapa cara efektif untuk mencegah DBD pada anak adalah:
1. Gunakan Obat Nyamuk dan Kelambu
Gunakan lotion anti-nyamuk pada tubuh anak, terutama ketika berada di luar rumah atau di daerah yang banyak nyamuk. Penggunaan kelambu juga bisa menjadi solusi saat anak tidur.
2. Hindari Tempat Tergenang
Pastikan lingkungan sekitar rumah bersih dan tidak ada air yang menggenang, seperti pada pot bunga atau ban bekas, yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
3. Memakai Pakaian Tertutup
Selalu pakaikan anak pakaian panjang saat bermain di luar, terutama di daerah yang banyak nyamuk. Pakaian tertutup dapat mengurangi risiko gigitan nyamuk pada anak.
4. Lakukan Fogging Secara Rutin
Lakukan fogging atau pengasapan untuk memberantas nyamuk di lingkungan sekitar rumah, terutama saat musim hujan tiba. Pengasapan bisa membantu mengurangi populasi nyamuk penyebab DBD.
Baca juga: Gizi Buruk Pada Bayi: Penyebab, Ciri-ciri, dan Cara Mengatasinya
Langkah Penanganan Jika Anak Terkena DBD
Jika anak Anda menunjukkan gejala demam berdarah pada anak, segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Biasanya dokter akan melakukan tes darah untuk melihat jumlah trombosit dan hematokrit dalam darah anak. Selain itu, berikut beberapa langkah penanganan yang dapat dilakukan di rumah:
- Pastikan Anak Tetap Terhidrasi: Berikan banyak cairan, seperti air putih, jus, atau oralit untuk mencegah dehidrasi. Dehidrasi dapat memperburuk kondisi DBD pada anak.
- Istirahat yang Cukup: Biarkan anak banyak beristirahat untuk membantu sistem kekebalan tubuhnya melawan virus dengue.
- Kontrol Suhu Tubuh: Gunakan obat penurun demam sesuai anjuran dokter, dan hindari penggunaan aspirin karena dapat memperburuk perdarahan.
Kapan Harus Membawa Anak ke Rumah Sakit?
Meskipun sebagian besar kasus DBD dapat ditangani di rumah, orang tua harus waspada terhadap tanda-tanda bahaya dan segera membawa anak ke rumah sakit jika kondisi semakin parah. Jika anak mengalami gejala seperti muntah terus-menerus, sakit perut hebat, atau kulit terlihat pucat, segeralah mencari pertolongan medis.
Menghadapi DBD pada anak memang menakutkan, tetapi dengan pengetahuan yang cukup tentang gejala, ciri-ciri, dan cara pencegahannya, Anda dapat membantu melindungi anak dari risiko penyakit ini. Pastikan untuk menjaga kebersihan lingkungan dan melindungi anak dari gigitan nyamuk, terutama di musim hujan. Dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat, anak yang terkena DBD memiliki peluang besar untuk pulih sepenuhnya.
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan ataupun masalah infertilitas, Anda bisa konsultasikan dengan dokter-dokter kandungan profesional di Morula IVF Indonesia. Klinik fertilitas ini menawarkan konsultasi kandungan profesional dan komprehensif. Dengan pengalaman lebih dari 26 tahun, Morula IVF memiliki tim dokter spesialis kandungan yang berdedikasi untuk membantu pasangan untuk memiliki buah hati yang sehat. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi atau telusuri website resmi Morula IVF untuk menyampaikan pertanyaan maupun konsultasi.
Referensi:
- KidsHealth. “Dengue Fever“. (Diakses pada 10 November 2024).
- UNICEF. “Dengue: How to Keep Children Safe“. (Diakses pada 10 November 2024).
- Children’s Mercy. “Dengue Fever“. (Diakses pada 10 November 2024).
- KK Women’s and Children’s Hospital. “Dengue Fever“. (Diakses pada 10 November 2024).
- Max Healthcare. “Dengue Fever in Children“. (Diakses pada 10 November 2024).