Asthenozoospermia adalah salah satu kondisi yang menjadi perhatian utama dalam masalah kesuburan pria. Kondisi ini ditandai oleh penurunan atau hilangnya motilitas sperma, yaitu kemampuan sperma untuk bergerak secara efektif menuju sel telur. Mobilitas sperma yang rendah ini menghambat proses pembuahan, sehingga mempengaruhi peluang untuk memiliki keturunan. Kali ini, kita akan membahas secara mendalam tentang asthenozoospermia, termasuk penyebab, gejala, serta treatment asthenozoospermia yang dapat dilakukan.
Apa Itu Asthenozoospermia?
Asthenozoospermia adalah kondisi medis di mana sperma memiliki kemampuan gerak yang rendah atau tidak bergerak sama sekali. Gerakan sperma yang optimal sangat penting dalam proses fertilisasi karena sperma harus berenang melalui lendir serviks, melewati uterus, dan masuk ke tuba falopi untuk bertemu dengan sel telur. Ketika sperma tidak mampu bergerak dengan baik, kemungkinan untuk mencapai dan membuahi sel telur menjadi sangat kecil, yang pada akhirnya menurunkan peluang kehamilan secara alami.
Baca juga: Kelainan Sperma, Salah Satu Penyebab Susah Punya Anak?
Penyebab Asthenozoospermia
1. Faktor Genetik
Mutasi atau kelainan genetik tertentu dapat mempengaruhi struktur dan fungsi sperma, termasuk kemampuan sperma untuk bergerak dengan baik. Genetika berperan penting dalam menentukan kualitas dan motilitas sperma.
2. Infeksi pada Organ Reproduksi
Infeksi seperti prostatitis atau infeksi saluran kemih dapat menyebabkan peradangan yang merusak sperma, mengurangi kemampuannya untuk bergerak secara efektif dan menyebabkan asthenozoospermia.
3. Paparan Zat Kimia Berbahaya
Paparan terhadap zat kimia berbahaya seperti pestisida, logam berat, dan bahan kimia industri dapat merusak sperma dan menurunkan motilitasnya, yang berdampak pada kemampuan pembuahan.
4. Radiasi
Paparan radiasi, baik dari lingkungan maupun dari prosedur medis tertentu, dapat merusak sperma dan mengurangi motilitasnya, berkontribusi pada kondisi asthenozoospermia.
5. Gaya Hidup Tidak Sehat
Kebiasaan seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan pola makan yang buruk dapat berdampak negatif pada kualitas sperma. Paparan suhu tinggi, seperti yang terjadi pada pekerja di lingkungan panas atau penggunaan sauna secara berlebihan, juga dapat mengurangi kemampuan sperma untuk bergerak.
6. Kondisi Medis seperti Varikokel
Varikokel, yaitu pembesaran pembuluh darah di sekitar testis, telah dikaitkan dengan penurunan motilitas sperma. Kondisi ini mengganggu aliran darah normal dan dapat menyebabkan peningkatan suhu di testis, yang berdampak negatif pada produksi dan kualitas sperma.
Gejala dan Diagnosa
Secara klinis, asthenozoospermia sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas hingga pasangan mulai mengalami kesulitan untuk hamil. Karena tidak ada tanda fisik yang dapat dikenali secara langsung, kondisi ini sering terdeteksi ketika upaya untuk mencapai kehamilan tidak berhasil. Untuk mendiagnosis asthenozoospermia, dokter biasanya melakukan analisis semen di laboratorium. Dalam analisis ini, jumlah sperma yang bergerak secara aktif dan jumlah sperma yang tidak bergerak akan dihitung dan dievaluasi. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, dokter dapat menentukan tingkat keparahan asthenozoospermia, apakah tergolong ringan, sedang, atau parah. Informasi ini sangat penting untuk merencanakan penanganan yang tepat, seperti perubahan gaya hidup, pengobatan medis, atau teknologi reproduksi berbantu, yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan.
Baca juga: Revitalisasi Kehidupan Seksual: Cara Efektif Mengatasi Lemah Syahwat
Treatment Asthenozoospermia
Treatment asthenozoospermia bergantung pada penyebab yang mendasari dan tingkat keparahan kondisi ini. Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi asthenozoospermia:
- Perubahan Gaya Hidup: Mengadopsi gaya hidup sehat adalah langkah pertama dalam meningkatkan kualitas sperma. Mengurangi konsumsi alkohol, berhenti merokok, menghindari paparan suhu tinggi, dan menerapkan pola makan seimbang dapat membantu meningkatkan motilitas sperma.
- Pengobatan Medis: Jika asthenozoospermia disebabkan oleh infeksi atau kondisi medis tertentu seperti varikokel, pengobatan medis atau pembedahan mungkin diperlukan. Antibiotik dapat digunakan untuk mengobati infeksi, sementara pembedahan dapat membantu memperbaiki varikokel.
- Terapi Hormon: Pada beberapa kasus, ketidakseimbangan hormon dapat berkontribusi pada asthenozoospermia. Terapi hormon mungkin direkomendasikan untuk mengatur ulang kadar hormon dan meningkatkan kualitas sperma.
- Teknologi Reproduksi Berbantu (ART): Jika perawatan konvensional tidak efektif, teknologi reproduksi berbantu seperti inseminasi intrauterin (IUI) atau fertilisasi in vitro (IVF) dapat digunakan. Metode ini memungkinkan sperma yang memiliki motilitas rendah untuk diproses dan dipilih secara khusus sehingga meningkatkan peluang keberhasilan pembuahan.
Cara Mengatasi Asthenozoospermia
Selain treatment asthenozoospermia yang sudah disebutkan, ada beberapa cara lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi asthenozoospermia, di antaranya:
- Konseling dan Dukungan Psikologis: Stres dan kecemasan dapat mempengaruhi kualitas sperma. Konseling dan dukungan psikologis dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan.
- Peningkatan Asupan Antioksidan: Mengkonsumsi makanan yang kaya antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, dan selenium dapat membantu melindungi sperma dari kerusakan oksidatif dan meningkatkan motilitasnya.
- Olahraga Teratur: Olahraga teratur dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah dan kesehatan reproduksi secara keseluruhan, termasuk kualitas sperma.
- Hindari Paparan Zat Berbahaya: Mengurangi atau menghindari paparan terhadap zat-zat kimia berbahaya seperti pestisida dan logam berat dapat membantu mencegah penurunan kualitas sperma.
Baca juga: 8 Makanan Penambah Sperma yang Alami
Asthenozoospermia adalah tantangan yang dapat dihadapi oleh banyak pasangan yang berusaha untuk memiliki anak. Namun, dengan diagnosis yang tepat dan pendekatan pengobatan yang sesuai, peluang untuk mencapai kehamilan tetap ada. Penting bagi setiap individu yang mengalami masalah ini untuk berkonsultasi dengan spesialis reproduksi untuk mendapatkan penanganan yang optimal.
Untuk dapatkan lebih banyak informasi seputar kesehatan sistem reproduksi ataupun program hamil, konsultasikan dengan tenaga profesional Morula IVF. Morula IVF adalah klinik fertilitas yang menawarkan konsultasi kandungan profesional dan komprehensif dengan dokter-dokter spesialis berpengalaman. Dengan pengalaman lebih dari 26 tahun, Morula IVF memiliki tim dokter spesialis kandungan yang berdedikasi untuk membantu pasangan untuk memiliki buah hati yang sehat. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi atau telusuri website resmi Morula IVF untuk menyampaikan pertanyaan maupun konsultasi.
Referensi:
- ScienceDirect. (n.d.). Asthenospermia. Diakses pada 2024
- Turner, T. T., & Lysiak, J. J. (2009). Oxidative stress: A common factor in testicular dysfunction. Human Reproduction Update, 17(5), 684-701. Diakses pada 2024
- Johnson, L., Zaneveld, L. J. D., & Polakoski, K. L. (2020). Asthenozoospermia and its management. Andrology, 10(6), 13463. Diakses pada 2024
- FertilTree. (n.d.). Understanding Asthenozoospermia: Causes, Symptoms, and Treatment. Diakses pada 2024
Sumber gambar: Freepik