Apakah Anda sedang dalam tahap perencanaan kehamilan atau menuju persalinan? Ada beberapa kendala atau permasalahan yang bisa saja terjadi saat menuju persalinan, sehingga dibutuhkan penanganan khusus. Salah satunya adalah proses bedah episiotomi.
Apa itu episiotomi dan pada kondisi apa saja langkah tersebut perlu dilakukan? Menurut Baston Hellen (2016) yang menjelaskan pengertian Episiotomi, sebagai suatu tindakan insisi bedah yang dilakukan pada perineum untuk memudahkan kelahiran janin, praktik ini harus dibatasi sesuai kebutuhan klinis.
Beberapa kondisi ini mengharuskan prosesi bedah Episiotomi perlu dilakukan. Apa saja?
- Ukuran bayi yang besar.
- Bayi perlu dilahirkan secepat mungkin. Hal ini akibat gawat janin (fetal distress), seperti denyut jantung bayi tidak stabil menjelang kelahiran.
- Bayi berada pada posisi upnormal, misalnya posisi sungsang.
- Membutuhkan bantuan untuk memperlancar proses persalinan.
- Pada persalinan normal, kemungkinan vagina akan mengalami robek sangat panjang jika tanpa melakukan episiotomi.
- Proses kelahiran bayi berjalan dalam waktu yang cukup lama.
- Membutuhkan bantuan melalui forceps atau ekstraksi vakum.
- Tidak bisa mengendalikan diri untuk mengejan saat melahirkan dengan benar.
- Waktu proses lahir sudah dekat tetapi perineum belum cukup melebar.
- Adanya kondisi kesehatan yang serius seperti penyakit jantung pada calon ibu.
Pengertian Episiotomi
Episiotomi adalah sebutan istilah proses bedah insisi pada perineum untuk memperlebar jalan lahir dengan alur waktu tertentu. Proses insisi dilakukan pada saat kontraksi, yaitu saat jaringan sedang merentang. Hal ini agar mudah terlihat dearahnya dan menghindari perdarahan yang terlalu parah.
Tujuan Episiotomi
Prosedur episiotomi dilakukan untuk memenuhi beberapa tujuan berikut ini diantaranya seperti;
- Sebagai fasilitas untuk persalinan dengan tindakan.
- Mencegah adanya robekan perineum yang baku atau diperkirakan gagal beradaptasi terhadap regangan yang berlebihan seperti ukuran bayi yang sangat besar atau makrosomnia.
- Mencegah terjadinya kerusakan jaringan pada ibu dan bayi saat mengalami kasus upnormal (pantat, muka, ubun-ubun kecil di belakang) dengan fasilitas tempat persalinan yang lebih luas dan aman.
Prosedur Episiotomi
Lalu, bagaimana langkah-langkah prosedur melakukan episiotomi?
- Langkah episiotomi bisa dilakukan setelah dokter memberikan anestesi. Lalu, jari telunjuk dan jari tengah dimasukkan ke dalam vagina, berada di antara kepala janin dan perineum. Hal ini bertujuan untuk menyediakan ruang membuat sayatan dan menghindari cedera pada kepala janin.
- Alat yang digunakan adalah gunting atau scalpel. Ada 7 macam teknik episiotomi menurut arah insisi, yakni episiotomi medial, medial dengan modifikasi, J shaped, mediolateral, lateral, radikal-lateral atau insisi Schuchardt, dan anterior.
- Secara umum, ada dua jenis teknik episiotomi yang bisa dilakukan yaitu teknik medial dan mediolateral. Episiotomi medial lebih sering dipakai di Amerika karena lebih mudah diperbaiki, dengan risiko ruptur perineum lebih tinggi.
- Episiotomi mediolateral mampu memaksimalkan ruang perineum untuk persalinan dengan risiko ruptur perineum lebih rendah. Namun, kekurangannya adalah perbaikan lebih sulit, perdarahan lebih banyak, dan rasa tidak nyaman selama periode awal postpartum.
- Sayatan episiotomi medial harus dimulai dari fourchette posterior untuk menghindari kelenjar bartholin melalui perineum. Panjang sayatan setiap pasien berbeda, sesuai dengan anatomi dan ukuran perineum.
- Sayatan episiotomi mediolateral dimulai dari fourchette posterior, ke arah lateral kanan atau kiri pada sudut 45–60 derajat, menghindari otot sphincter anal.
Jenis Episiotomi Berdasarkan Arah Insisi
Berdasarkan arah insisi, ada tujuh jenis teknik dalam episiotomi ini. Untuk memahami ketujuh jenis episiotomi, berikut ini beberapa karakteristiknya.
Ciri Episiotomi Mediolateralis menurut (Oxorn, 2010)
- Proses pemotongan dimulai dari garis tengah fossa vestibula vagina ke posterior ditengah antara spina ishiadica dan anus 10.
- Diperuntukkan pada calon ibu yang memiliki perineum pendek dan pernah rupture grade.
- Adanya kemungkinan perluasan laserisasi ke sphincter ani semakin kecil.
- Proses penyembuhan terasa lebih sakit dan lama.
- Kemungkinan akan merasakan kehilangan darah yang lebih banyak.
- Kesulitan saat dijahit.
- Adanya bekas luka parut yang kurang baik.
- Intritus vagina menjadi lebar.
- Umumnya luka akibat Episiotomi terasa nyeri karena berhubungan dengan dyspareunia.
- Posisi insisi awal dimulai dalam 3 mm dari garis tengah fourchette posterior.
- Arah sayatan diarahkan ke lateral pada sudut minimal 60 derajat dari garis tengah ke tuberositas ischiadica.
Ciri Episiotomi Medialis
- Tindakan penyembuhannya tidak terlalu sakit karena menghindari pembuluh-pembuluh darah dan jaringan saraf.
- Secara anatomis lebih alamiah atau natural.
- Proses penjahitan luka lebih mudah.
- Kemungkinan kehilangan darah akan lebih sedikit.
- Posisi insisi awal dalam 3 mm dari garis tengah fourchette posterior dengan arah sayatan 0-25 derahat bidang sagital.
Ciri Episiotomi J Shaped
- Posisi insisi awal dalam 3 mm dari garis tengah fourchette posterior.
- Arah sayatan dimulai pada garis tengah, lalu sayatan berbentuk “J” diarahkan ke tuberositas ischiadica.
Ciri Episiotomi Medial dengan Modifikasi
- Posisi insisi awal dalam 3 mm dari garis tengah fourchette posterior.
- Arah sayatan di antara 0–25 derajat bidang sagital, dengan dua sayatan melintang di setiap sisi ditambahkan.
Ciri Episiotomi Lateral
- Posisi insisi awal yaitu lebih dari 10 mm dari garis tengah fourchette posterior.
- Arah sayatan diarahkan ke lateral menuju tuberositas ischiadica.
Ciri Episiotomi Anterior
- Posisi insisi awal yaitu Midline atau garis tengah.
- Sedangkan arah sayatan dimulai padaa garis tengah lalu diarahkan ke pubis.
Ciri Episisotomi Radikah-Lateral (Insisi Schuchardt)
- Posisi insisi awal yaitu lebih dari 10 mm dari garis tengah.
- Arah sayatan diarahkan ke lateral, lalu menuju tuberositas ischiadica dan sekitar rektum.