Amniotic Band Syndrome (ABS) adalah kondisi langka yang terjadi selama kehamilan, di mana jaringan amnion, yang berfungsi melindungi dan mendukung janin, terputus dan membentuk pita-pita yang dapat mengelilingi bagian tubuh janin. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi, mulai dari deformitas fisik hingga masalah kesehatan lainnya.
Apa Itu Amniotic Band Syndrome?
Amniotic Band Syndrome terjadi ketika pita jaringan amniotik yang seharusnya melindungi janin terputus, dan pita tersebut kemudian dapat menempel atau melilit bagian tubuh janin, menyebabkan berbagai gangguan perkembangan. Deformitas yang diakibatkan oleh ABS dapat bervariasi, mulai dari cacat ringan hingga kondisi yang lebih serius yang mempengaruhi fungsi anggota tubuh.
- Kenali 5 Manfaat Buah Anggur Untuk Ibu Hamil Lengkap
- Posisi Tidur Ibu Hamil: Panduan Lengkap untuk Kesehatan dan Kenyamanan
- Mengapa Asam Lambung Naik Saat Hamil, Berikut Penjelasannya
- 5 Manfaat Pisang untuk Ibu Hamil, Ayo Simak di Sini!
- Manfaat Omega-3 untuk Ibu Hamil: Nutrisi Penting untuk Kesehatan Ibu dan Janin
Menurut National Center for Biotechnology Information (NCBI), ABS dapat mempengaruhi semua sistem tubuh, dan tidak jarang menimbulkan risiko amputasi pada bagian tubuh yang terpengaruh jika tidak ditangani dengan baik. Meskipun ABS dapat terjadi pada semua kehamilan, kondisi ini tetap langka, dengan estimasi insiden sekitar 1 dari 1.200 kelahiran hidup.
Penyebab Amniotic Band Syndrome
Penyebab pasti dari Amniotic Band Syndrome masih belum sepenuhnya dipahami. Namun, terdapat beberapa faktor yang diyakini berkontribusi terhadap terjadinya kondisi ini:
- Patah atau Kerusakan Jaringan Amnion: Pita amniotik dapat pecah akibat trauma, seperti kecelakaan atau benturan pada ibu hamil. Jika jaringan amnion mengalami kerusakan, maka pita tersebut dapat mengelilingi bagian tubuh janin dan menyebabkan deformitas.
- Gangguan Pembuluh Darah: Ketika pembuluh darah yang mengalir ke anggota tubuh janin terkompresi oleh pita amniotik, hal ini dapat mengakibatkan gangguan suplai darah, yang dapat menghambat pertumbuhan normal anggota tubuh.
- Faktor Genetik: Meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan, beberapa studi menunjukkan bahwa faktor genetik mungkin berperan dalam kejadian ABS.
- Kelainan Struktur Rahim: Beberapa kondisi medis yang mempengaruhi bentuk dan struktur rahim dapat meningkatkan risiko terjadinya ABS.
Sumber dari UCDavis Health mencatat bahwa ABS sering kali tidak dapat dideteksi pada pemeriksaan rutin dan lebih umum terdiagnosis setelah kelahiran, membuatnya sulit untuk memprediksi dampaknya sebelum bayi lahir.
Baca juga: Kehamilan Ektopik Terganggu (KET): Pemahaman, Ciri-ciri, dan Penanganan
Gejala Amniotic Band Syndrome
Gejala ABS dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan pita amniotik. Berikut adalah beberapa gejala yang umum terjadi:
- Deformitas Anggota Tubuh: Pita dapat mengelilingi jari, tangan, kaki, atau bagian tubuh lainnya, menyebabkan deformitas. Dalam beberapa kasus, hal ini dapat menyebabkan anggota tubuh yang lebih kecil atau lebih pendek dari biasanya.
- Keterbatasan Gerak: Anggota tubuh yang terpengaruh mungkin tidak dapat bergerak dengan baik. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan motorik bayi, bahkan setelah lahir.
- Kekurangan Pertumbuhan: Bagian tubuh yang terpengaruh mungkin lebih kecil dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Misalnya, jari tangan atau kaki dapat terlihat lebih kecil atau terdistorsi.
- Gangguan Perkembangan: Beberapa anak dengan ABS dapat mengalami masalah perkembangan lainnya yang berhubungan dengan sistem saraf atau organ tubuh lainnya.
Gejala ABS sering kali terlihat jelas setelah kelahiran, meskipun beberapa indikasi mungkin terdeteksi melalui pemeriksaan ultrasonografi selama kehamilan. Penting bagi orang tua untuk memahami bahwa tidak semua deformitas disebabkan oleh ABS, dan evaluasi medis menyeluruh diperlukan untuk diagnosis yang tepat.
Diagnosis Amniotic Band Syndrome
Diagnosis ABS biasanya dilakukan setelah bayi lahir. Meskipun dalam beberapa kasus, dokter dapat mendeteksi indikasi awal melalui pemeriksaan ultrasonografi, hasil yang jelas biasanya diperoleh setelah pemeriksaan fisik pasca-kelahiran.
- Ultrasonografi: Pemeriksaan ultrasonografi dapat membantu mengidentifikasi potensi deformitas atau pita amniotik yang mencurigakan. Namun, ini tidak selalu akurat.
- Pemeriksaan Fisik: Setelah kelahiran, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai tingkat deformitas. Pemeriksaan ini dapat meliputi pemeriksaan anggota tubuh yang terpengaruh, untuk menilai apakah terdapat tanda-tanda kompresi.
- Pencitraan Tambahan: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merujuk bayi untuk melakukan pencitraan tambahan seperti MRI untuk menilai dampak dari ABS terhadap struktur tubuh lainnya.
Baca juga: Air Ketuban Sedikit: Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Penanganan Amniotic Band Syndrome
Perawatan untuk ABS tergantung pada tingkat keparahan kondisi dan bagian tubuh yang terpengaruh. Berikut adalah beberapa pendekatan yang umum dilakukan:
- Tindakan Bedah: Jika diperlukan, tindakan bedah dapat dilakukan untuk menghilangkan pita amniotik yang menyebabkan kompresi. Prosedur ini biasanya dilakukan ketika pita menyebabkan masalah signifikan pada pertumbuhan atau fungsi anggota tubuh.
- Terapi Fisik: Setelah perawatan bedah, terapi fisik mungkin diperlukan untuk membantu bayi memperoleh kembali gerakan normal dan kekuatan pada anggota tubuh yang terpengaruh. Terapi ini dapat mencakup latihan khusus untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan.
- Pengawasan Berkala: Anak-anak dengan ABS mungkin perlu melakukan kunjungan medis secara berkala untuk memantau perkembangan mereka dan mengevaluasi kemungkinan masalah yang muncul.
- Dukungan Emosional dan Sosial: Dukungan dari keluarga dan profesional kesehatan sangat penting bagi orang tua yang menghadapi tantangan ini. Konseling atau dukungan kelompok dapat membantu orang tua mengatasi stres emosional yang muncul akibat kondisi ini.
- Pendidikan dan Kesadaran: Memberikan informasi dan pendidikan kepada orang tua tentang kondisi ini sangat penting. Pengetahuan yang memadai dapat membantu mereka memahami perjalanan perawatan dan mendukung perkembangan anak mereka secara keseluruhan.
Baca juga: Chorioamnionitis: Penyebab, Gejala, dan Penanganannya yang Perlu Diketahui
Amniotic Band Syndrome adalah kondisi langka namun serius yang dapat memiliki dampak signifikan pada perkembangan bayi. Meskipun penyebabnya belum sepenuhnya dipahami, penting bagi calon orang tua untuk melakukan pemeriksaan rutin selama kehamilan untuk meminimalkan risiko dan memastikan kesehatan janin.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab, gejala, dan pengobatan ABS, orang tua dapat lebih siap menghadapi situasi ini. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis dan melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk menentukan langkah perawatan yang paling tepat.
Untuk Anda yang masih dalam program kehamilan ataupun tengah mengalami permasalahan infertilias, Anda bisa konsultasikan dengan dokter-dokter kandungan profesional di Morula IVF Indonesia. Klinik fertilitas ini menawarkan konsultasi kandungan profesional dan komprehensif. Dengan pengalaman lebih dari 26 tahun, Morula IVF memiliki tim dokter spesialis yang berdedikasi untuk membantu pasangan untuk memiliki buah hati yang sehat. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi atau telusuri website resmi Morula IVF untuk menyampaikan pertanyaan maupun konsultasi.
Referensi:
- National Center for Biotechnology Information. (n.d.). Amniotic Band Syndrome. Diakses pada Oktober 2024.
- National Organization for Rare Disorders. (n.d.). Amniotic Band Syndrome. Diakses pada Oktober 2024.
- UC Davis Health. (n.d.). Amniotic Band Syndrome. Diakses pada Oktober 2024.
- Columbia University. (n.d.). Amniotic Band Syndrome (ABS). Diakses pada Oktober 2024.