Mom sebelumnya sudah tahu atau pernah mendengar fortifikasi? kalau belum, memang fortifikasi itu apa sih?
Fortifikasi adalah salah satu inovasi penting dalam dunia kesehatan dan nutrisi yang dirancang untuk meningkatkan nilai gizi dalam makanan sehari-hari. Dengan tujuan mengatasi masalah kekurangan gizi yang meluas, strategi ini telah diterapkan di berbagai belahan dunia. Yuk Mom, kali ini akan kita bahas secara komprehensif apa itu fortifikasi, mengapa penting, jenis-jenis fortifikasi, serta manfaatnya bagi kesehatan masyarakat.
Apa Itu Fortifikasi?
Fortifikasi adalah proses penambahan nutrisi ke dalam makanan untuk meningkatkan kandungan gizinya. Proses ini biasanya dilakukan pada bahan pangan pokok seperti tepung, garam, susu, dan minyak nabati. Fortifikasi bertujuan untuk membantu masyarakat mendapatkan kebutuhan nutrisi harian yang sulit diperoleh dari pola makan biasa.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), fortifikasi makanan merupakan intervensi kesehatan masyarakat yang telah terbukti efektif dan terjangkau. Proses ini sering digunakan untuk menambahkan mikronutrien seperti zat besi, vitamin A, yodium, dan asam folat, yang sangat penting untuk kesehatan manusia tetapi seringkali kurang dikonsumsi dalam jumlah yang cukup.
Baca juga: Simpan ASI di Kulkas dengan Aman dengan Tips & Panduan Ini!
Mengapa Fortifikasi Penting?
Kekurangan mikronutrien, yang juga dikenal sebagai “kelaparan tersembunyi,” merupakan masalah global yang memengaruhi miliaran orang, terutama di negara berkembang. Kekurangan ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti anemia, gangguan pertumbuhan, serta melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Fortifikasi makanan memberikan solusi praktis untuk mengatasi masalah ini. Sebagai contoh:
- Penambahan yodium pada garam: Mengurangi risiko gangguan tiroid.
- Fortifikasi tepung dengan asam folat: Membantu mencegah cacat tabung saraf pada bayi.
- Penambahan vitamin D pada susu: Mendukung kesehatan tulang dan sistem kekebalan tubuh.
WHO menegaskan bahwa fortifikasi makanan tidak hanya efektif tetapi juga dapat menjangkau populasi besar tanpa memerlukan perubahan besar pada kebiasaan makan.
Jenis-Jenis Fortifikasi
Fortifikasi makanan dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis, tergantung pada kebutuhan dan target populasi. Berikut adalah jenis-jenis utamanya:
1. Fortifikasi Mandatori
Pemerintah mewajibkan penambahan nutrisi tertentu ke dalam makanan tertentu. Contohnya, fortifikasi garam dengan yodium untuk mencegah gangguan akibat kekurangan yodium.
2. Fortifikasi Sukarela
Produsen makanan secara sukarela menambahkan nutrisi ke dalam produknya sebagai nilai tambah. Misalnya, sereal sarapan yang diperkaya dengan berbagai vitamin dan mineral.
3. Fortifikasi Spesifik
Nutrisi tertentu ditambahkan pada makanan untuk memenuhi kebutuhan kelompok populasi tertentu, seperti penambahan zat besi pada makanan bayi untuk mencegah anemia pada anak-anak.
4. Biofortifikasi
Berbeda dari fortifikasi konvensional, biofortifikasi melibatkan peningkatan kandungan nutrisi tanaman secara alami melalui teknik pertanian atau bioteknologi. Contohnya adalah padi yang diperkaya vitamin A.
Baca juga: Tips Mempersiapkan MPASI Pertama Buah Hati
Manfaat Fortifikasi bagi Kesehatan Masyarakat
Fortifikasi makanan memiliki dampak positif yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat. Beberapa manfaat utamanya meliputi:
1. Mencegah Kekurangan Nutrisi
Dengan fortifikasi, masyarakat dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan nutrisi harian mereka tanpa perlu mengubah pola makan secara drastis.
2. Meningkatkan Produktivitas
Kekurangan mikronutrien seperti zat besi dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan produktivitas. Fortifikasi membantu mencegah kondisi ini, memungkinkan individu untuk bekerja lebih optimal.
3. Mendukung Pertumbuhan Anak
Nutrisi seperti asam folat dan vitamin A sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Fortifikasi makanan membantu memastikan anak-anak mendapatkan nutrisi ini dalam jumlah yang cukup.
4. Menurunkan Beban Penyakit
Fortifikasi membantu mencegah berbagai penyakit yang terkait dengan kekurangan nutrisi, seperti anemia dan rakhitis. Dengan demikian, dapat mengurangi beban kesehatan di masyarakat.
Baca juga: Perhatikan 8 Jenis Makanan Bergizi Berikut untuk Ibu Menyusui
Mengapa Fortifikasi Penting untuk Anak?
Anak-anak, terutama yang sedang berada di masa pertumbuhan, membutuhkan nutrisi lengkap untuk mendukung perkembangan fisik dan kognitif mereka. Namun, seringkali makanan sehari-hari tidak cukup memenuhi kebutuhan ini, terutama jika anak memiliki pola makan yang kurang seimbang.
Berikut beberapa manfaat utama fortifikasi bagi anak:
1. Mencegah Kekurangan Gizi
Makanan yang difortifikasi membantu mengisi kekosongan nutrisi, seperti zat besi, kalsium, vitamin D, dan asam folat, yang sering kali sulit terpenuhi dari diet biasa.
- Zat Besi: Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, yang berdampak pada energi dan kemampuan belajar anak.
- Vitamin D: Membantu penyerapan kalsium, penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi yang kuat.
2. Mendukung Perkembangan Otak
Vitamin seperti B12 dan asam folat yang ditambahkan ke makanan difortifikasi berperan penting dalam perkembangan otak dan sistem saraf anak. Ini membantu anak untuk tetap fokus dan meningkatkan kemampuan belajar mereka.
3. Menguatkan Sistem Imun
Vitamin A, C, dan D yang sering ditambahkan dalam makanan difortifikasi membantu memperkuat sistem imun, sehingga anak lebih terlindungi dari penyakit.
4. Meningkatkan Energi dan Vitalitas
Makanan yang diperkaya dengan vitamin B kompleks membantu metabolisme energi, sehingga anak memiliki cukup tenaga untuk bermain dan belajar.
Bagaimana Memilih Makanan yang Difortifikasi untuk Anak?
Tidak semua makanan yang difortifikasi memiliki kualitas yang sama. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memilih makanan yang benar-benar bermanfaat bagi anak. Berikut beberapa tips:
- Baca Label Nutrisi
Pastikan untuk memeriksa kandungan nutrisi pada label kemasan. Pilih makanan yang mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan anak. - Pilih Makanan dengan Kandungan Gula Rendah
Beberapa makanan difortifikasi, seperti sereal, dapat mengandung gula tinggi. Pilihlah varian dengan kandungan gula yang lebih rendah. - Konsultasikan dengan Dokter
Jika anak memiliki kondisi medis tertentu, seperti alergi makanan, konsultasikan dengan dokter sebelum memilih makanan difortifikasi.
Apakah Fortifikasi Aman?
Fortifikasi makanan secara umum dianggap aman dan telah digunakan secara luas di berbagai negara untuk meningkatkan status gizi masyarakat. Namun, penting untuk diingat bahwa makanan difortifikasi sebaiknya tidak menjadi pengganti pola makan seimbang. Tetaplah mengutamakan makanan alami, seperti sayur, buah, dan protein, sebagai sumber utama nutrisi anak.
Fortifikasi adalah langkah penting dalam memastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk mendukung tumbuh kembang mereka. Dengan memberikan makanan yang difortifikasi, orang tua dapat membantu mencegah kekurangan gizi, meningkatkan kesehatan anak, dan mendukung perkembangan fisik serta mental mereka. Namun, selalu ingat untuk menjaga keseimbangan antara makanan difortifikasi dan makanan alami.
Untuk Mom yang masih dalam program kehamilan ataupun tengah mengalami permasalahan infertilias, Mom bisa konsultasikan dengan dokter-dokter kandungan profesional di Morula IVF Indonesia. Klinik fertilitas ini menawarkan konsultasi kandungan profesional dan komprehensif. Dengan pengalaman lebih dari 26 tahun, Morula IVF memiliki tim dokter spesialis yang berdedikasi untuk membantu pasangan untuk memiliki buah hati yang sehat. Untuk informasi lebih lanjut, Mom dapat menghubungi atau telusuri website resmi Morula IVF untuk menyampaikan pertanyaan maupun konsultasi.
Referensi
- (World Health Organization). “Food Fortification“. (13 November 2024).
- (PubMed Central). “Fortification of staple foods: Impact on global health“. (13 November 2024).
- (WebMD). “What to Know About Fortified Foods“. (13 November 2024).
- (Healthline). “Fortified and Enriched Foods: What You Need to Know“. (13 November 2024).