Polihidramnion adalah kondisi ketika cairan ketuban dalam rahim ibu melebihi jumlah normal, yang biasanya berada pada level antara 500-1.000 mL di trimester akhir. Peningkatan volume ini dapat menyebabkan komplikasi pada ibu dan janin selama kehamilan. Berdasarkan penelitian dari PMC, kasus ini terjadi pada sekitar 1-2% dari seluruh kehamilan.
Penyebab Polihidramnion
1. Gangguan Janin
Sekitar 20% dari kasus polihidramnion terjadi akibat kelainan janin yang berdampak pada kemampuan janin untuk menelan cairan ketuban, yang seharusnya membantu menjaga keseimbangan cairan. Contoh kelainan yang umum meliputi:
- Gangguan Sistem Pencernaan: Kondisi seperti atresia esofagus, yaitu penyumbatan pada saluran pencernaan janin, membuat cairan ketuban tidak dapat ditelan atau dicerna dengan baik oleh janin.
- Gangguan Sistem Saraf Pusat: Spina bifida atau anensefali adalah kelainan yang juga memengaruhi regulasi menelan pada janin, sehingga mengakibatkan akumulasi cairan ketuban.
2. Diabetes Gestasional pada Ibu
Diabetes gestasional, terutama jika tidak terkontrol dengan baik, dapat meningkatkan kadar glukosa darah ibu. Glukosa yang tinggi ini mempengaruhi metabolisme janin sehingga produksi urin meningkat dan, pada akhirnya, menambah volume cairan ketuban. Pengaruh dari diabetes pada cairan ketuban lebih umum terjadi pada trimester akhir kehamilan, karena peningkatan ukuran janin meningkatkan volume urin yang diproduksi.
3. Infeksi Ibu
Infeksi yang ditularkan dari ibu ke janin, seperti sifilis atau toksoplasmosis, dapat memicu reaksi inflamasi yang meningkatkan cairan ketuban. Pada infeksi tertentu, janin dapat mengalami respons peradangan yang mengubah mekanisme cairan dalam rahim, sehingga terjadi polihidramnion.
4. Kehamilan Ganda dan Sindrom Transfusi Kembar-ke-Kembar (TTTS)
Pada kehamilan kembar identik, terutama yang berbagi plasenta, risiko terjadinya polihidramnion pada salah satu janin meningkat karena adanya sindrom TTTS. Dalam TTTS, satu janin menerima lebih banyak darah dibandingkan yang lain. Janin yang menerima darah lebih banyak (resipien) menghasilkan lebih banyak urin, sehingga meningkatkan volume cairan ketuban, sementara janin donor bisa mengalami oligohidramnion atau kekurangan cairan ketuban.
Gejala Polihidramnion
1. Pembesaran Perut yang Cepat
Pembesaran rahim yang terlalu cepat dapat dirasakan ibu sebagai peningkatan ketegangan pada perut yang terasa tidak nyaman. Selain itu, ukuran perut yang lebih besar dari normal untuk usia kehamilan dapat menjadi indikator penting untuk polihidramnion.
2. Nyeri Perut dan Sesak Napas
Tekanan dari rahim yang membesar menyebabkan rasa nyeri pada perut serta menekan diafragma, sehingga memengaruhi kemampuan ibu untuk bernapas dalam posisi duduk atau berbaring.
3. Pembengkakan (Edema)
Cairan yang berlebih dalam rahim dapat menekan pembuluh darah di area panggul, memicu edema atau pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, yang sering kali lebih terasa pada sore hari atau setelah berdiri lama.
4. Kesulitan Bernapas Saat Berbaring
Polihidramnion menyebabkan tekanan pada paru-paru yang terasa lebih berat saat ibu dalam posisi berbaring, sehingga lebih banyak ibu hamil yang merasa nyaman tidur dalam posisi setengah duduk.
5. Kontraksi Dini
Peningkatan tekanan pada rahim meningkatkan risiko kontraksi dini. Bila tidak ditangani, kontraksi ini dapat memicu persalinan prematur.
Baca juga: Rahim Retrofleksi: Penyebab, Gejala, dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
Risiko Komplikasi Polihidramnion
Polihidramnion meningkatkan risiko komplikasi bagi ibu dan janin, antara lain:
- Persalinan Prematur: Kelebihan cairan ketuban bisa menyebabkan rahim meregang lebih cepat, memicu persalinan sebelum waktunya.
- Pecah Ketuban Dini: Tekanan cairan berlebih dapat menyebabkan kantung ketuban pecah lebih awal.
- Abruptio Plasenta: Risiko pelepasan plasenta dari dinding rahim meningkat, yang bisa berbahaya bagi ibu dan janin.
- Pendarahan Pasca Persalinan: Rahim yang terlalu besar dan teregang berisiko kesulitan berkontraksi setelah persalinan, menyebabkan pendarahan berlebih.
Diagnosa Polihidramnion
Diagnosis dilakukan melalui ultrasonografi, yang mengukur indeks cairan ketuban atau amniotic fluid index (AFI). AFI lebih dari 24 cm atau kantung cairan lebih dari 8 cm menunjukkan polihidramnion.
Selain itu, ibu dengan diabetes gestasional mungkin perlu melakukan tes kadar gula darah, sementara yang memiliki risiko infeksi tertentu disarankan menjalani tes infeksi.
Baca juga: Chorioamnionitis: Penyebab, Gejala, dan Penanganannya yang Perlu Diketahui
Penanganan dan Pengobatan Polihidramnion
Perawatan polihidramnion bergantung pada tingkat keparahan dan penyebab yang mendasari. Berikut adalah beberapa opsi:
- Pengawasan Ketat: Untuk kasus ringan, dokter mungkin hanya memantau cairan ketuban dan kesehatan ibu serta janin secara berkala.
- Amniosentesis: Pada kondisi parah, amniosentesis atau pengeluaran sebagian cairan ketuban dilakukan untuk mengurangi tekanan.
- Pemberian Obat: Pemberian obat tertentu, seperti indometasin, dapat mengurangi produksi urin janin dalam beberapa kasus.
- Penanganan Penyebab Dasar: Jika polihidramnion disebabkan oleh kondisi medis seperti diabetes, pengelolaan kondisi tersebut adalah langkah penting dalam mengurangi gejala.
Pencegahan dan Pemantauan Kehamilan
Ibu dengan risiko polihidramnion, terutama yang memiliki diabetes gestasional, disarankan menjaga kadar gula darah dan menjalani pemeriksaan kehamilan rutin. Pengawasan kehamilan secara teratur juga membantu mendeteksi dan menangani polihidramnion lebih dini.
Baca juga: Kehamilan Ektopik: Pengertian, Gejala, dan Penyebab yang Perlu Anda Ketahui
Polihidramnion adalah kondisi kelebihan cairan ketuban yang dapat menyebabkan risiko kesehatan bagi ibu dan janin jika tidak ditangani dengan tepat. Pemantauan yang baik, pengelolaan kondisi penyebab, dan penanganan medis yang tepat adalah langkah-langkah penting dalam mengatasi kondisi ini dan mencegah komplikasi serius.
Untuk Anda yang masih dalam program kehamilan ataupun tengah mengalami permasalahan infertilias, Anda bisa konsultasikan dengan dokter-dokter kandungan profesional di Morula IVF Indonesia. Klinik fertilitas ini menawarkan konsultasi kandungan profesional dan komprehensif. Dengan pengalaman lebih dari 26 tahun, Morula IVF memiliki tim dokter spesialis yang berdedikasi untuk membantu pasangan untuk memiliki buah hati yang sehat. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi atau telusuri website resmi Morula IVF untuk menyampaikan pertanyaan maupun konsultasi.
Referensi:
- Barkeh, N. et al. (2014). “Fetal Abnormalities Leading to Polyhydramnios.” National Center for Biotechnology Information (NCBI). Diakses pada Oktober 2024.
- Mayo Clinic. (2023). “Polyhydramnios: Symptoms & Causes.” Mayo Clinic. Diakses pada Oktober 2024.
- WebMD. (2023). “What to Know About Polyhydramnios.” WebMD. Diakses pada Oktober 2024.
- Turan, O.M. et al. (2018). “Twin-to-Twin Transfusion Syndrome: The Impact of Surgery on Polyhydramnios.” American Journal of Obstetrics & Gynecology (AJOG). Diakses pada Oktober 2024.