Chorioamnionitis merupakan salah satu tantangan terbesar dalam kehamilan yang sering kali tidak disadari hingga terlambat. Infeksi ini menyerang membran ketuban dan cairan amniotik, berpotensi menimbulkan komplikasi serius bagi ibu dan janin. Meskipun jarang terdengar, chorioamnionitis dapat terjadi pada siapa saja, terutama mereka yang mengalami pecah ketuban dini atau infeksi saluran reproduksi.
Apa Itu Chorioamnionitis?
Chorioamnionitis atau korioamnionitis adalah infeksi bakteri serius pada membran ketuban (amnion dan korion) serta cairan amniotik yang mengelilingi janin selama kehamilan. Infeksi ini terutama disebabkan oleh bakteri yang berasal dari vagina yang naik ke rahim. Kondisi ini bisa mengancam jiwa jika tidak segera ditangani, baik bagi ibu maupun janin, karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius termasuk kelahiran prematur.
Penyebab Utama Chorioamnionitis
Chorioamnionitis paling sering dipicu oleh mikroorganisme, terutama bakteri yang umumnya ditemukan di vagina seperti Escherichia coli (E. coli), Group B Streptococcus, Ureaplasma urealyticum, dan Mycoplasma hominis. Ketika bakteri ini mencapai membran ketuban dan cairan amniotik, infeksi bisa terjadi.
Faktor yang meningkatkan risiko ibu hamil mengalami infeksi ini antara lain:
- Pecahnya Ketuban Dini: Pecah ketuban yang terjadi lebih dari 18-24 jam sebelum persalinan meningkatkan risiko infeksi.
- Infeksi Saluran Reproduksi atau Saluran Kemih: Infeksi seperti bakteriuria asimtomatik, vaginosis bakteri, atau penyakit menular seksual (seperti gonore atau klamidia) selama kehamilan meningkatkan risiko chorioamnionitis.
- Persalinan Lama: Durasi persalinan yang berlangsung lebih lama dari biasanya memberi lebih banyak waktu bagi bakteri untuk naik ke rahim.
- Pemeriksaan Vagina Berulang: Pemeriksaan vagina yang terlalu sering selama proses persalinan dapat membawa bakteri ke rahim.
- Riwayat Chorioamnionitis: Jika seorang ibu pernah mengalami korioamnionitis di kehamilan sebelumnya, kemungkinan untuk mengalami infeksi ini lagi lebih tinggi.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, wanita yang mengalami kehamilan kembar atau polihidramnion (cairan ketuban berlebih) juga memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi ini.
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Infeksi amniotik ini dapat berkembang dengan cepat dan biasanya muncul dengan gejala-gejala yang harus diwaspadai. Berikut beberapa tanda yang paling umum:
- Demam: Suhu tubuh ibu hamil meningkat lebih dari 38°C.
- Nyeri Rahim: Rasa sakit di sekitar perut bagian bawah, terutama saat disentuh.
- Cairan Ketuban Berbau Tak Sedap: Jika air ketuban sudah pecah, baunya mungkin berubah menjadi tidak sedap.
- Detak Jantung Cepat: Baik ibu maupun janin bisa mengalami peningkatan denyut jantung yang signifikan.
- Leukositosis: Peningkatan jumlah sel darah putih yang bisa terdeteksi melalui tes darah.
Jika gejala-gejala ini muncul, penting untuk segera mendapatkan penanganan medis untuk mencegah komplikasi lebih lanjut, baik pada ibu maupun janin.
Baca juga: Preeklampsia: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan yang Perlu Anda Ketahui
Dampak dan Komplikasi Chorioamnionitis
Jika tidak ditangani, chorioamnionitis bisa menyebabkan komplikasi serius bagi ibu dan bayi. Beberapa komplikasi pada ibu meliputi:
- Endometritis Postpartum: Infeksi pada lapisan rahim setelah persalinan.
- Bakteremia: Penyebaran bakteri ke dalam aliran darah, yang bisa menyebabkan infeksi di organ lain.
- Perdarahan Postpartum: Infeksi dapat memicu perdarahan hebat setelah persalinan.
Sedangkan pada bayi, infeksi ini dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, sindrom distres pernapasan, sepsis neonatus, bahkan cerebral palsy pada beberapa kasus yang parah. Menurut penelitian yang dipublikasikan di ScienceDirect, chorioamnionitis berhubungan erat dengan perkembangan komplikasi pada bayi baru lahir, terutama jika infeksi terjadi pada fase kehamilan akhir.
Diagnosis dan Penanganan Chorioamnionitis
Diagnosis chorioamnionitis biasanya dilakukan melalui pemeriksaan fisik, riwayat medis, dan tes laboratorium. Tes-tes yang dilakukan bisa meliputi tes darah untuk memeriksa jumlah leukosit dan laju endap darah, serta analisis cairan amniotik.
Penanganan utama chorioamnionitis melibatkan:
- Antibiotik: Pemberian antibiotik intravena merupakan langkah pertama dan paling penting dalam menangani infeksi ini. Beberapa antibiotik yang sering digunakan termasuk ampisilin dan gentamisin. Antibiotik ini membantu mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut, baik pada ibu maupun janin.
- Induksi Persalinan: Jika infeksi terjadi pada tahap akhir kehamilan atau selama persalinan, dokter mungkin akan mempertimbangkan untuk mempercepat persalinan demi mengurangi risiko komplikasi lebih lanjut.
- Antibiotik untuk Bayi: Bayi yang lahir dari ibu dengan chorioamnionitis sering kali membutuhkan antibiotik untuk mencegah infeksi lebih lanjut setelah lahir.
Baca juga: Apa Itu Yolk Sac? Penjelasan dan Fungsi Penting dalam Kehamilan
Pencegahan Chorioamnionitis
Pencegahan infeksi ini terutama fokus pada perawatan prenatal yang baik. Pemeriksaan rutin selama kehamilan sangat penting untuk mendeteksi dan mengobati infeksi vagina atau saluran kemih sebelum menyebabkan komplikasi. Skrining untuk Streptococcus Grup B juga direkomendasikan pada trimester ketiga, sesuai panduan dari Stanford Children’s Health.
Penting juga bagi ibu hamil untuk menjaga kebersihan, menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol, serta mengikuti saran dokter tentang manajemen persalinan, terutama jika ketuban pecah sebelum waktunya.
Baca juga: Air Ketuban Sedikit: Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Chorioamnionitis adalah kondisi medis yang memerlukan perhatian serius karena dampaknya yang besar pada ibu dan janin. Dengan penanganan dini melalui pemberian antibiotik dan perawatan persalinan yang tepat, komplikasi bisa diminimalkan. Deteksi dini, pencegahan, dan perawatan medis yang tepat adalah kunci untuk mengurangi risiko infeksi ini. Jika Anda memiliki faktor risiko atau mengalami gejala chorioamnionitis, segera konsultasikan dengan tenaga medis untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Untuk Anda yang masih dalam program kehamilan ataupun tengah mengalami permasalahan infertilias, Anda bisa konsultasikan dengan dokter-dokter kandungan profesional di Morula IVF Indonesia. Klinik fertilitas ini menawarkan konsultasi kandungan profesional dan komprehensif. Dengan pengalaman lebih dari 26 tahun, Morula IVF memiliki tim dokter spesialis yang berdedikasi untuk membantu pasangan untuk memiliki buah hati yang sehat. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi atau telusuri website resmi Morula IVF untuk menyampaikan pertanyaan maupun konsultasi.
Referensi:
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. “Faktor Risiko Terjadinya Chorioamnionitis“. Diakses pada Oktober 2024.
- Stanford Children’s Health. “Chorioamnionitis“. Diakses pada Oktober 2024.
- Tita, A. T. N., & Andrews, W. W. (2010). Diagnosis and management of clinical chorioamnionitis. ScienceDirect, Diakses pada Oktober 2024.
- Duff, P. (2019). Chorioamnionitis: Pathophysiology and Clinical Features. Diakses pada Oktober 2024.