Morula IVF

Apa Itu Andropause? Gejala, Penyebab, dan Penanganannya 

October 6, 2024

Apa Itu Andropause? Gejala, Penyebab, dan Penanganannya 

Sebagai pria bertambah usia, tubuhnya mengalami banyak perubahan fisik dan hormonal. Salah satu kondisi yang kerap dialami adalah andropause, yang sering disebut sebagai “menopause pria”. Andropause adalah kondisi yang berhubungan dengan penurunan kadar hormon testosteron seiring usia pria menua, biasanya dimulai di usia 40-an hingga 50-an. Namun, apakah andropause sama dengan menopause pada wanita? Bagaimana dampaknya terhadap kesehatan pria, dan apa yang bisa dilakukan untuk menanganinya? 

Andropause: Definisi dan Perbedaan dengan Menopause 

Untuk menjawab pertanyaan “apa itu andropause”, penting untuk memahami bahwa kondisi ini berbeda dari menopause pada wanita. Dalam menopause, produksi hormon estrogen pada wanita berhenti secara tiba-tiba dan total, menyebabkan berakhirnya siklus menstruasi. Sedangkan pada andropause, penurunan hormon testosteron pada pria berlangsung secara bertahap, dan tidak semua pria mengalaminya dengan gejala yang jelas . Penurunan hormon ini sering diikuti dengan berbagai perubahan fisik, emosional, dan seksual. 

Andropause adalah suatu fenomena yang tidak selalu terjadi pada semua pria. Beberapa pria mungkin mengalami sedikit atau tidak ada gejala sama sekali, sementara yang lain mungkin merasakan dampak yang signifikan pada kualitas hidup mereka. 

Andropause - Menopause Pria
Sumber gambar: Freepik

Gejala Andropause 

Penurunan kadar testosteron pada pria selama andropause memicu berbagai gejala yang bervariasi. Meski beberapa pria mungkin hanya mengalami gejala ringan, yang lain bisa merasakan dampak yang cukup signifikan terhadap kualitas hidup mereka. Berikut beberapa gejala umum yang sering muncul selama andropause: 

1. Penurunan libido

Penurunan hasrat seksual sering kali menjadi salah satu tanda pertama andropause. Pria mungkin merasa tidak tertarik pada aktivitas seksual, yang sebelumnya menjadi bagian normal dari kehidupan mereka. Ini juga bisa diiringi dengan disfungsi ereksi atau ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi, yang bisa menimbulkan kecemasan dan menurunkan rasa percaya diri. 

2. Kelelahan berlebihan

Meski tidak melakukan aktivitas fisik yang berat, pria yang mengalami andropause sering merasa lelah dan lesu. Kelelahan ini bersifat kronis dan tidak hilang meskipun mereka beristirahat dengan cukup. Rasa lelah yang terus menerus dapat mengganggu produktivitas dan kesejahteraan sehari-hari, memengaruhi pekerjaan, kehidupan sosial, serta hubungan pribadi. 

3. Perubahan suasana hati

Penurunan testosteron juga bisa memengaruhi kondisi emosional. Banyak pria yang mengalami depresi ringan, merasa lebih mudah marah, cemas, atau bahkan mengalami gangguan tidur seperti insomnia. Suasana hati yang tidak stabil ini kerap kali diabaikan atau dianggap sebagai akibat dari stres pekerjaan, padahal mungkin berakar pada perubahan hormonal. 

4. Kehilangan massa otot

Testosteron berperan penting dalam mempertahankan massa otot dan kekuatan fisik. Selama andropause, pria mungkin merasakan penurunan kekuatan fisik dan kehilangan massa otot, terutama jika mereka tidak aktif secara fisik. Otot menjadi lebih lemah, dan proses pemulihan setelah cedera atau olahraga juga bisa menjadi lebih lambat. 

5. Peningkatan lemak tubuh

Salah satu perubahan fisik yang paling mencolok adalah peningkatan lemak tubuh, khususnya di area perut. Kelebihan lemak ini tidak hanya mengubah penampilan fisik, tetapi juga meningkatkan risiko masalah kesehatan serius, seperti penyakit jantung dan diabetes. Ketidakseimbangan hormon ini juga berkontribusi pada penurunan metabolisme, membuat tubuh lebih sulit membakar lemak. 

Selain gejala di atas, beberapa pria mungkin juga mengalami penurunan kepadatan tulang (osteoporosis), rambut rontok, hingga penurunan kemampuan kognitif. Perubahan-perubahan ini bisa sangat mempengaruhi keseharian, baik secara fisik, emosional, maupun sosial. Karena banyak pria tidak menyadari bahwa gejala ini disebabkan oleh penurunan hormon, penting untuk mencari bantuan medis ketika gejala mulai mengganggu aktivitas harian atau kualitas hidup secara keseluruhan. Dokter dapat membantu menilai kondisi tersebut dan menawarkan perawatan yang sesuai untuk mengurangi gejala. 

Ejakulasi Dini
Sumber gambar: Freepik

Penyebab Andropause 

Andropause adalah kondisi yang terjadi akibat penurunan bertahap kadar testosteron, hormon utama pada pria yang bertanggung jawab atas berbagai fungsi penting, seperti menjaga massa otot, kekuatan fisik, dan dorongan seksual. Testosteron memainkan peran sentral dalam mendukung kesehatan fisik dan mental pria, sehingga penurunan hormon ini dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan. 

Penurunan kadar testosteron ini merupakan proses alami seiring bertambahnya usia, biasanya mulai terjadi di usia 40-an hingga 50-an. Meski demikian, tidak semua pria mengalami gejala yang sama. Sejumlah faktor dapat mempercepat atau memperburuk gejala andropause, di antaranya: 

1. Stres kronis

Stres berkepanjangan berdampak besar pada keseimbangan hormon dalam tubuh. Saat stres, tubuh memproduksi hormon kortisol dalam jumlah besar. Kortisol ini bisa menghambat produksi testosteron, yang mempercepat penurunan hormon tersebut. Dalam jangka panjang, stres dapat memperburuk gejala andropause, memicu kelelahan, penurunan libido, dan masalah emosional seperti kecemasan dan depresi. 

2. Gaya hidup tidak sehat

Pola hidup yang buruk dapat memengaruhi kadar testosteron secara signifikan. Merokok, misalnya, dapat merusak pembuluh darah, yang mempengaruhi sirkulasi darah dan kemampuan tubuh memproduksi testosteron. Konsumsi alkohol berlebihan juga mengganggu fungsi hati dan dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Pola makan tidak seimbang yang rendah nutrisi penting, seperti zinc dan vitamin D, turut menghambat produksi testosteron, yang pada akhirnya memperparah gejala andropause. 

3. Kurangnya aktivitas fisik

Pria yang tidak cukup berolahraga berisiko lebih tinggi mengalami penurunan testosteron yang lebih cepat. Aktivitas fisik, terutama latihan kekuatan seperti angkat beban, telah terbukti meningkatkan produksi testosteron secara alami. Sebaliknya, gaya hidup sedentari (tidak aktif) tidak hanya mempercepat penurunan massa otot dan peningkatan lemak tubuh, tetapi juga menghambat produksi testosteron, memperburuk gejala andropause seperti kelelahan dan penurunan kekuatan fisik. 

Selain faktor-faktor di atas, kondisi kesehatan seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas juga dapat mempercepat penurunan kadar testosteron. Oleh karena itu, menjalani gaya hidup sehat, mengelola stres, dan tetap aktif secara fisik dapat membantu mengurangi dampak andropause dan menjaga keseimbangan hormon dalam tubuh. 

Baca juga: Dokter Spesialis Andrologi: Peran, Kualifikasi, dan Pentingnya dalam Kesehatan Pria

Diagnosis dan Penanganan Andropause 

Jika Anda merasakan beberapa gejala andropause, langkah pertama yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter. Diagnosis yang tepat sangat penting, karena gejala andropause dapat mirip dengan kondisi lain, seperti gangguan tiroid atau diabetes. Untuk memastikan apakah gejala tersebut disebabkan oleh andropause, dokter biasanya akan melakukan tes darah untuk mengukur kadar testosteron Anda. Tes ini umumnya dilakukan pada pagi hari, ketika kadar testosteron berada pada puncaknya. Jika kadar testosteron rendah dan gejala klinis sesuai, diagnosis andropause dapat ditegakkan. 

Penanganan andropause tidak selalu bersifat satu ukuran untuk semua, karena tingkat keparahan gejala bervariasi pada setiap individu. Fokus utama penanganan adalah mengurangi gejala yang mengganggu dan meningkatkan kualitas hidup. Berikut beberapa metode penanganan yang sering direkomendasikan: 

1. Terapi Penggantian Testosteron (TRT) 

Terapi penggantian testosteron (TRT) adalah salah satu pilihan utama untuk mengatasi kekurangan hormon ini. TRT dilakukan dengan memberikan testosteron dalam bentuk gel, injeksi, atau patch yang dioleskan atau ditempelkan pada kulit. Terapi ini bertujuan untuk mengembalikan kadar testosteron ke tingkat yang normal, sehingga membantu mengurangi gejala seperti kelelahan, penurunan libido, dan perubahan suasana hati. Namun, TRT bukan tanpa risiko. Terapi ini harus dilakukan di bawah pengawasan dokter, karena dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, penyumbatan pembuluh darah, atau prostat. 

2. Gaya Hidup Sehat 

Perubahan gaya hidup adalah cara alami yang efektif untuk meningkatkan kadar testosteron dan mengurangi gejala andropause. Pola makan seimbang yang kaya akan protein, lemak sehat, dan nutrisi penting seperti zinc dan vitamin D dapat mendukung produksi testosteron. Olahraga rutin, terutama latihan kekuatan seperti angkat beban, juga sangat membantu dalam meningkatkan kadar hormon ini secara alami. Selain itu, mengelola stres dengan baik, melalui teknik relaksasi atau meditasi, dapat mencegah penurunan hormon akibat stres kronis. 

3. Dukungan Psikologis 

Selain gejala fisik, banyak pria yang mengalami andropause juga menghadapi perubahan emosional, seperti kecemasan, depresi, atau rasa percaya diri yang menurun. Dalam kasus seperti ini, konseling atau terapi psikologis bisa menjadi bagian penting dari perawatan. Terapi ini membantu pria untuk memahami dan mengelola perubahan emosional yang mereka alami, serta memberikan dukungan dalam menghadapi tantangan psikologis yang mungkin muncul selama andropause. 

Selain itu, dokter mungkin juga merekomendasikan obat-obatan lain untuk mengelola gejala spesifik, seperti obat untuk disfungsi ereksi atau suplementasi nutrisi jika diperlukan. Diagnosis dan penanganan yang tepat akan membantu pria menghadapi andropause dengan lebih baik, dan menjalani kehidupan yang lebih sehat dan produktif. 

Baca juga: Mengupas Tuntas Sistem Reproduksi Pria: Dari Fungsi hingga Penyakit Umum

Andropause adalah kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental pria seiring bertambahnya usia. Meski gejalanya bervariasi, penting untuk memahami bahwa kondisi ini adalah bagian alami dari proses penuaan. Dengan diagnosis yang tepat dan penanganan yang baik, pria dapat terus menikmati kehidupan dengan kualitas yang baik meski menghadapi andropause. Jika Anda atau orang terdekat Anda menunjukkan tanda-tanda andropause, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan solusi yang sesuai. 

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan ataupun masalah infertilitas, Anda bisa konsultasikan dengan dokter-dokter kandungan profesional di Morula IVF Indonesia. Klinik fertilitas ini menawarkan konsultasi kandungan profesional dan komprehensif. Dengan pengalaman lebih dari 26 tahun, Morula IVF memiliki tim dokter spesialis kandungan yang berdedikasi untuk membantu pasangan untuk memiliki buah hati yang sehat. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi atau telusuri website resmi Morula IVF untuk menyampaikan pertanyaan maupun konsultasi. 

Referensi: 

Tetap terhubung dan terinformasi di sini.

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut hubungi 150-IVF atau 150-483, Senin – Sabtu pukul 07.00 – 20.00 WIB

Buat Janji

Newsletter

Dapatkan informasi dan tips terbaru dari Morula IVF mengenai program kehamilan dan bayi tabung